Tiongkok Hadapi Wabah Bubonic, Komisi Kesehatan Larang Masyarakat Konsumsi Marmot

7 Juli 2020, 17:42 WIB
Ilustrasi marmot. /PIXABAY/PIXABAY/ Pezibear

PR CIANJUR - Saat ini dunia tengah berperang melawan virus corona atau Covid-19 yang hingga kini belum mereda. Namun, Tiongkok memberi peringatan soal penyakit lama yang muncul kembali.

Ancaman wabah bubonic kini muncul di daerah Mongolia Dalam, Tiongkok.

Pemerintah setempat di Tiongkok tepatnya di dekat perbatasan Mongolia terus meningkatkan kesiagaan, setelah seorang peternak di wilayah tersebut dinyatakan positif mengidap wabah bubonic atau penyakit pes.

Saat ini, pria tersebut tengah menjalani perawatan di salah satu rumah sakit Kota Bayannur, Tiongkok.

Baca Juga: Salju Merah Muda Ditemukan di Pegunungan Alpen, Diduga Muncul akibat Alga

Kantor berita Xinhua melaporkan orang yang terinfeksi mengalami demam setelah makan daging marmot yang diburu oleh seekor anjing.

Melihat kejadian tersebut, komisi kesehatan Kota Bayannur mendesak masyarakat untuk meningkatkan perlindungan diri karena wilayah tersebut memiliki risiko infeksi antar manusia.

Selain itu, masyarakat juga dilarang untuk berburu dan memakan hewan yang dapat menyebabkan infeksi pes terutama marmot.

Untuk mencegah terjadinya penyebaran virus yang semakin luas, maka pihak berwenang di Tiongkok juga meminta setiap warga melaporkan jika melihat ada tikus atau hewan sejenis lainnya yang mati secara tiba-tiba.

Baca Juga: Bukan Hanya Melalui Droplet, Ilmuwan Sebut Virus Corona Bisa Menular Lewat Udara

Dilansir Pikiranrakyat-Cianjur.com dari New York Times, Selasa, 7 Juli 2020, wabah bubonic merupakan sebuah penyakit yang berasal dari bakteri Yersinia pestis.

Peneliti mengklaim penyakit itu ditularkan oleh tikus yang terinfeksi melalui kutu ke manusia.

Wabah bubonic yang dikenal sebagai "Black Death" adalah penyakit yang sangat menular dan sering berakibat fatal jika tidak diobati secara langsung.

Sebelumnya, wabah ini telah menyebar ke semua benua kecuali Oseania. Namun, kebanyakan kasus pada manusia baru ditemukan sejak 1990-an di Afrika.

Baca Juga: Mengenal Tanaman Eucalyptus yang Jadi Bahan Dasar Kalung Antivirus Buatan Kementan

Risiko penyebaran wabah yang paling tinggi, biasanya berada di daerah-daerah yang memiliki sanitasi buruk, kepadatan penduduk, dan populasi hewan liar.

Penyakit pes menginfeksi sistem limfatik Anda atau bagian dari sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan peradangan pada kelenjar getah bening.

Jika tidak diobati secara cepat, virus ini dapat bergerak ke dalam darah sehingga menyebabkan wabah septikemia atau ke paru-paru yang bisa menyebabkan wabah pneumonik.

Saat ini, wabah seakan tak habis-habisnya menyerang dunia. Selain pandemi virus corona yang telah menginfeksi belasan jutaan orang, ada juga virus Ebola yang telah menjangkit belasan orang di Kongo.

Beberapa hari ke belakang, peniliti asal Tiongkok juga mengungkapkan virus jenis baru G4 yang merupakan strain dari virus Flu Babi atau H1N1.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: New York Times Xinhua

Tags

Terkini

Terpopuler