AS Dalang Perampokan Gandum Ditengah Krisis Pangan Suriah, Aksi 'Malingnya' Dilakukan Sejak 2019

- 31 Mei 2022, 12:53 WIB
Ilustrasi tanaman gandum milik Suriah yang dirampok oleh AS  ditengah krisi kelaparan yang melanda.
Ilustrasi tanaman gandum milik Suriah yang dirampok oleh AS ditengah krisi kelaparan yang melanda. /UNSPLASH/Polina Rytova

 

JENDELA CIANJUR - Analis politik Suriah dan Wakil Direktur Pusat Studi Strategis Damaskus, Dr Thaleb Ibrahim menyebut jika Amerika Serikat (AS) melakukan perampokan hasil sumber daya alam Suriah sejak lima tahun lalu.

Menurutnya, AS telah mencuri minyak dan biji-bijian di wilayah Suriah yang palig produktif, seperti bagian timur Suriah.

"Dimana, AS mendirikan pangkalan militer ilegal menyediakan 90% produk minyak dan 80% biji-bijian dari orang-orang Suriah," katanya mengutip dari SputnikNews, Selasa 31 Mei 2022.

Di saat yang sama, kata dia, AS telah menjatuhkan sanksi berat kepada Suriah untuk mencegah pemerintah Suriah mengimpor kebutuhan yang paling penting bagi rakyat Suriah, yang merupakan kejahatan perang, seperti yang terjadi di Irak, Libya, Kuba, Korea Utara, dan negara lainnya.

Baca Juga: Jungkook BTS Hapus Semua Feeds Instagram, ARMY Galau : Lebih Sakit dari Rumor Kencan!

AS dan proksinya, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi Kurdi, saat ini mengendalikan sebagian besar sumur minyak dan gas Suriah yang diketahui, serta tanah subur di timur laut negara itu.

Baru-baru ini, AS juga memperluas penyelundupan gandum Suriah dari wilayah yang diduduki secara ilegal di tengah krisis pangan yang sedang berlangsung.

Hal itu diungkapkan Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vasily Nebenzia. Bahkan kata dia, Washington sekarang berencana untuk mengirim lebih dari 20 juta ton biji-bijian dari Ukraina juga.

Sementara itu jurnalis Suriah menuturkan jika selama 20 tahun, Suriah menjadi satu-satunya negara Arab yang swasembada gandum surplus hingga ekspornya.

Baca Juga: Viral Drakor Again My Life Terus Promosikan Bali, Ternyata ...

"Selain itu Suriah juga memiliki benih terbaik di dunia,” catat Basma Qaddour, jurnalis Suriah, rekan penulis "Suara dari Suriah", dan kepala departemen berita di The Syria Times.

Pada tahun 2007, tanaman gandum Suriah yang dibudidayakan di hampir 1,7 juta hektar menghasilkan lebih dari 4 juta ton, menurut Qaddour.

"Negara menjaga produksi di atas kebutuhan, mempertahankan stok strategis selama dua tahun," tambahnya.

Namun, pada 2012, setahun setelah dimulainya perang di Suriah, Republik Arab terpaksa mengimpor tepung untuk pertama kalinya, menurut wartawan itu.

Sejak itu, Suriah telah berubah menjadi importir tetap gandum. Masalahnya telah memburuk dengan pendudukan ilegal AS dan proxy-nya.

Baca Juga: Setelah Berhasil Rekrut Erling Haaland, Manchester City Ingin Datangkan Banyak Pemain Lagi

“Kisah pencurian gandum Suriah berawal dari musim 2019-2020, ketika milisi SDF, atas perintah langsung dari penduduk AS, mencegah petani Suriah di daerah yang berada di bawah kendali (SDF) di provinsi Hasakah, Raqqa dan Deir ez-Zor, dari pemasaran dan penjualan gandum mereka ke pusat-pusat yang didirikan oleh pemerintah Suriah (di seluruh negeri)," kata Qaddour.

Menurut wartawan Suriah, milisi SDF menjual 800.000 ton gandum dari musim 2019 kepada pedagang dan perusahaan swasta di Irak utara berkoordinasi dengan militer AS.

"Dari jumlah tersebut, militer AS mencuri 100.000 ton dan mengangkutnya ke AS untuk ditanam di sana, karena gandum Suriah adalah salah satu jenis gandum terbaik di dunia," lanjutnya.

Baca Juga: Todd Boehly Resmi Jadi Pemilik Chelsea Football Club, Pengambilalihan dari Abramovich Sudah Selesai

Untuk memperumit masalah lebih lanjut, dia menuduh bahwa koalisi pimpinan AS membakar tanaman Suriah untuk menaikkan harga pembelian komoditas dan memaksa petani untuk menjual biji-bijian.

"Akibatnya, milisi SDF memperdagangkan gandum Suriah dengan harga $658,50 untuk satu ton, dengan harga per kilo lebih dari 2.000 pound Suriah ($0,80) yang “lima kali lipat dari harga pembelian dari petani Suriah bulan lalu,” katanya mengutip laporan media lokal.***

Editor: R Wisnu Saputra

Sumber: Sputnik


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah