Haol ke 5 Mama Cicantu Sukaluyu Cianjur, Keteladanan Mama Harus Ditiru Sebagai Generasi Penerus

- 14 Februari 2022, 07:44 WIB
Suasana Haol Mama Cicantu di Pondok Pesantren Al Istiqlal Sukaluyu Cianjur
Suasana Haol Mama Cicantu di Pondok Pesantren Al Istiqlal Sukaluyu Cianjur /Deni Abdul Kholik/

JENDELA CIANJUR – Ribuan jemaah dari berbagai pelosok Cianjur dan Jawa Barat memadati Pondok Pesantren Al Istiglal Jalan Raya Bandung Desa Hegarmanah Kecamatan Sukaluyu Kabupaten Cianjur. Mereka mengikuti peringati Isra Miraj sekaligus Haol Mama KH E Djalaludin Mahalia atau Mama Cicantu ke 5, peringatan haol merupakan agenda rutin tiap tahun.

Ketua Ikatan Keluarga Alumni  Pergerakan Mahasiswa Islam Indoensia (IKA PMII), Cianjur Muhammad Abdul Halim menerangkan, haol dilaksanakan selama 4 hari dari mulai Kamis sampai Minggu, sementara puncak acara Senin malam. “Tablig akbar menghadirkan mubaligh KH Sofwan Yahya tokoh Nahlatul Ulama (NU), di Jawa Barat,” tuturnya.

Kata Halim, semasa hidupnya beliau selalu diisi dengan khidmah kepada Islam dan Indonesia penuh dengan keteladanan yang patut ditiru generasi masa kini. “Beliau dalam mengajar ilmu kepada santrinya selalu sabar, tawaqal, istiqomah dan  lillahi Ta'ala,” kata Halim yang juga santri Mama Cicantu.  

Baca Juga: Ini Jadwal SIM Keliling Senin 14 Februari di Kota Cianjur, Berikut Persyaratan dan Tarifnya

Mama Cicantu lahir di Garut tahun 1933 dari pasangan KH Hasbullah dan Hj  Muslimah dan meninggal pada usia 84 tahun. Mama putra ke 7 dari 7 bersaudara dan ditinggalkan wafat oleh ibunya saat usia 3 tahun . Beliau pertama mondok di Pesantren Bagogog Babakan Cibalagung milik kakaknya yang ke 3 KH Musthofa, saat usia 13 tahun.

Saat usia 16 tahun, Mama Cicantu ditinggal wafat oleh bapaknya, lalu  mondok lagi di Pondok Pesantren Cibeurem Sukabumi, pindah lagi ke Pesantren Keresek Garut dan pindah lagi ke Ponpes Cibenteur Bogor.

Lalu pada tahun 1958 beliau menikah dengan Hj Zenab putra dari Raden Muhammad Qosim Tungturan Hegarmanah Sukaluyu Cianjur. Setelah menikah , lalu pesantren lagi di Ponpes Kudang Garut, sampai akhirnya bermukim dan membangun pesantren sederhana di Tungturunan tahun 1960.

Karena keterbatasan tempat, lalu pada tahun 1963 pondok pesantren pindah ke Kampung Cicantu Girang hingga kini dan Ponpesnya diberi nama Al Istiqlal yang diartikan mandiri atau merdeka.

Kepribadian beliau selalu sabar tawaqal istiqomah dan  lillahi Ta'ala . Tiap hari mengajarkan santri berbagai kitab kuning dan tidak lelah walaupun hari libur tetap saja melaksanakan pengajian.

Halaman:

Editor: Deni Abdul Kholik


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini