PR CIANJUR - Nama dr Tirta Mandira Huhdi makin mencuat semenjak pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia awal tahun 2020.
Selain menjadi relawan, ia aktif dalam menyuarakan suara hatinya berdasarkan yang ia alami selama menjadi relawan penanganan virus corona ini.
Baru-baru ini, ia kembali mengunggah ungkapan hatinya pada media sosial (medsos) Instagram miliknya pada Rabu, 23 September 2020.
Baca Juga: Akan Dirilis Oktober, Tiongkok Jamin Indonesia Terima 30 Juta Vaksin Covid-19 yang Diuji di Bandung
“Enggak bisa tidur, gatal buat nulis, toh pagi nanti saya masih rapat relawan. Ayok. Kita bahas masalah demi masalah yang mengganjal di mata saya. 7 bulan sudah info lumayan dan lengkaplah. Rapid Test : Bisnis/gimmick/solusi? Silahkan anda nilai sendiri,” tulisnya.
Yang pertama, ia menyebut pada Maret 2020, tiba-tiba muncul statement 'alat test Covid' yang ternyata rapid test berbasis serology, yang sebenernya itu screening test. Enggak bisa dijadikan patokan Covid.
Kemudian, Persatuan Dokter Lab, tidak merekomendasikan rapid, alih-alih harusnya perbanyak PCR Swab Test agar bisa cepat.
Baca Juga: Disebut Suka 'Pegang' Kerjaan Menteri Lain, Luhut: Presepsi Silahkan Saja
“(Ketiga), rapid test tiba-tiba dibuat sebagai syarat semua kerjaan, administrasi, transportasi dkk. Tapi warga disuruh bayar sendiri? Logis? Rapid test serology disamain kayak SKCK bung!,” tandasnya.
Artikel Rekomendasi