JENDELA CIANJUR - Pilihan Go Yu Rim (Bona) untuk maturalisasi ke Rusia demi melunasi utang keluarga menyeret Twenty Five Twenty One untuk masuk ke dalam kontroversi selanjutnya.
Sebelumnya, drama ini disorot karena kisah percintaan antara pria dewasa dengan gadis yang untuk ukuran Korea masih di bawah umur.
Kini, pilihan Go Yu Rim menuai banyak reaksi serius yang beragam. Netizen KOrea pun cenderung terpecah dalam opininya.
Dalam drama Sabtu-Minggu tvN Twenty Five Twenty One episode 14 yang tayang pada 27 Maret 2022, Go Yu Rim digambarkan sebagai warga negara Rusia yang dinaturalisasi.
Ayah Go Yu Rim mengalami kecelakaan mobil, dan Go Yu Rim memilih naturalisasi di Rusia untuk melunasi hutang keluarganya.
Mengetahui hal ini, Baek Yi Jin (diperankan oleh Nam Joo Hyuk )secara eksklusif melaporkan naturalisasi tiba-tiba dari peraih medali emas anggar Go Yu Rim.
Go Yu Rim dituduh sebagai pengkhianat. Go Yu Rim juga ditolak di restoran yang dia kunjungi.
Pemiliknya berkata, “Saya tidak menjual makanan kepada pengkhianat yang menjual negara mereka demi uang. Apa perbedaan antara mengubah kewarganegaraan seseorang atau menjual negaranya demi uang?”
Go Yu Rim menjawab, “Ini berbeda. Jika saya menjual sesuatu, saya menjual diri saya sendiri. Sama seperti Anda menghasilkan uang dengan menjual Jjajangmyeon, saya menghasilkan uang dengan menjual keterampilan saya. Anda tidak bisa mengatakan bahwa saya menjual negara saya hanya karena saya mengubah kewarganegaraan saya. Saya bukan pengkhianat, saya pelanggan.”
Netizen bereaksi berbeda terhadap adegan ini. Beberapa netizen menjawab bahwa mereka tidak mengerti, seperti:
“Rusia dalam situasi saat ini?”
“Dramanya terlalu aneh.”
“Apa yang salah dengan kontennya?”
Baca Juga: Twenty Five Twenty One Episode 14, Penonton: Drama Ini Realistis Banget!
Di sisi lain, netizen lain menunjukkan reaksi seperti:
“Tidak ada masalah dalam cerita, tetapi tampaknya mengingatkan seseorang.”
“Saya menonton drama dan itu bukan adegan untuk menjadi buruk mulut sebanyak ini.”
“Saya berpikir orang Korea sensitif terhadap naturalisasi.”***