PR CIANJUR – Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan angka kasus Covid-19 hingga mencapai 25 juta jiwa pada Minggu (24/1) menurut perhitungan Reuters.
Seperti dilansir PR Cianjur dari Reuters, dari banyaknya jenis virus baru corona, yang menular secara global, salah satunya menyerang negara-negara di bagian Amerika Serikat.
Oleh sebab itu, negara AS sendiri mempercepat pendistribusian vaksin untuk virus tersebut.
Baca Juga: Urbanasia: Tombak Informasi Generasi Milenial Indonesia
Ada beberapa negara di bagian AS yang telah berhasil menyuntikan lebih dari 83 persen vaksin covid yang sudah di alokasikan kepada para penduduknya, negara-negara tersebut antara lain, North Dakota dan West Virginia.
Kabar tersebut sesuai dengan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
Ada sekitar 42 persen dosis vaksin Covid yang diterima oleh negara Virginia, hal tersebut merupakan penyaluran dosis vaksin paling sedikit.
Alaska memperhitungkan pemberian vaksin sekitar 13 persen telah diberikan kepada para penduduknya, lalu 11 persen vaksin telah di berikan kepada para penduduk West Virginia.
Baca Juga: Liverpool Harus Tersingkir di Ajang Piala FA, Manchester United Menang Dramatis
As sendiri telah memberikan kurang lebih 21,8 juta dosis vaksin covid untuk sekitar 6 persen dari jumlah populasinya, namun di negara itu sendiri masih perlu dilakukan untuk penyuntikan dosis kedua.
Usai perayaan Thanksgiving dan liburan akhir tahun, jumlah kasus covid-19 sempat mengalami lonjakan sekitar 25 persen dari total kasus covid-19 di As sesuai dengan catatan dalam 30 minggu terakhir ini.
Dibutuhkan sekitar 200 hari untuk mencapai 5 juta kasus infeksi pertama, 93 hari untuk kenaikan dari 5 juta menjadi 10 juta kasus infeksi virus covid-19 sesuai dengan analisis data reuters.
AS mengalami pelonjakan hingga 70.000 orang telah kehilangan nyawa akibat virus covid-19 di tahun ini pada 25 hari terakhir.
Baca Juga: Trailer-nya Baru Saja Dirilis Usai Ditunda Hampir Setahun, Ini Sinopsis Film 'Godzilla vs Kong'
Meski demikian, namun para pejabat di Amerika Serikat mengkhawatirkan vaksin ini tidak bekerja dengan baik untuk melawan virus corona varian baru dari Afrika Selatan.***