Kisah Pilu dari Ukraina: Kami Takut, Tapi Kemana Kami Harus Pergi?

- 8 Februari 2022, 20:51 WIB
Masyarakat Ukraina mengaku takut , tapi mereka bingung, kemana mereka harus pergi?
Masyarakat Ukraina mengaku takut , tapi mereka bingung, kemana mereka harus pergi? /Pixabay/ArmyAmber/

JENDELA CIANJUR - Jauh dari putaran diplomasi, di tengah ketakutan yang belum kunjung berakhir, masyarakat Ukraina mencoba untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka.

Semua tak lagi sama. Kata nyaman, aman, damai, dan tentram seakan mengantung di atas awan, menjadi bumbu mimpi dalam tidur.

Kemana kami harus pergi? Sampai kapan harus seperti ini? Mungkin pertanyaan-pertanyaan itulah yang berkecamuk dalam sanubari masyarakat Ukraina saat ini.

Baca Juga: Dorong Santri Jadi Entrepreneur, Sandiaga Uno : Manfaatkan Digitalisasi Demi Kebangkitan Ekonomi Umat

Dilansir Jendela Cianjur dari Reuters, adalah Viktor, seorang pensiunan di Ukraina yang harus merelakan mimpinya tertunda, untuk hidup nyaman di hari tua.

Kini, setiap tidur malamnya kerap ditemani suara tembakan. Ia pun harus sigap jika sewaktu-waktu harus berlindung.

"Salah satu telinga Anda di atas bantal, yang lain mendengarkan setiap tembakan dimulai, jika Anda harus lari ke ruang bawah tanah. Singkatnya, kita semua membutuhkan kedamaian," kata Viktor, yang menolak memberikan nama keluarganya.

Baca Juga: Omicron Mengganas Cetak Rekor, Hongkong Perketat Pembatasan Sosial, Sayuran Langka

Di pinggiran kota Donetsk, pusat regional salah satu dari dua wilayah di timur Ukraina di mana pemberontak berperang dalam konflik bersenjata dengan tentara Ukraina, Viktor menggambarkan kehidupan pasca-pensiun yang suram.

Dia tinggal beberapa kilometer dari garis depan dengan pensiun dari Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri. Dia juga mendapat pensiun Ukraina, tetapi dalam praktiknya sulit untuk diambil.

Dia menghabiskan waktunya melukis potret kerabatnya di Rusia dari foto-foto di flatnya dan tahun lalu menjual tiga lanskap dan dua potret dengan harga murah.

Baca Juga: SATU HARI LAGI, Pendaftaran Calon Pendamping OPOP Jabar 2022 Ditutup, Ini Persyaratan dan Linknya

 

Sementara itu, jauh di kota Kharkiv, Viktoria Makarova, seorang manajer perusahaan bangunan, sedang belajar menembakkan senapan jika terjadi invasi.

Di Kharkiv, sebuah kota besar Ukraina sekitar 40 kilometer (25 mil) dari perbatasan Rusia, Makarova yang berusia 44 tahun adalah salah satu dari banyak wanita yang mendaftar untuk kursus bela diri untuk mempersiapkan diri.

"Kami tidak akan lari dan meninggalkan kota Kharkiv yang kami cintai, ini berarti kami harus belajar bagaimana mempertahankannya," katanya kepada Reuters.

Baca Juga: IU Jadi Alasan Yoo In Na Masih Betah Melajang Menjelang Kepala 4, Kenapa?

Pada akhir pekan, dia melakukan latihan target dengan senapan di lapangan bersalju. Permintaan untuk kursus semacam itu di kalangan warga sipil telah melonjak.

"Setiap kali agresi Rusia tumbuh, motivasi orang meningkat, mereka jelas ingin menyegarkan keterampilan mereka dan mempelajari berita," kata Igor Pushkarev, yang bertempur di Ukraina timur dan menjalankan kursus untuk penduduk Kharkiv.

Kembali ke Republik Rakyat Donetsk yang dikuasai pemberontak, Svetlana, yang tinggal di sebuah desa di garis depan, mengatakan dia pasrah dengan apa yang akan terjadi.

Baca Juga: Layangan Putus Tayang Perdana di RCTI Rabu 9 Februari 2022, Jangan Lewatkan Episode Perdananya

"Apa pun yang terjadi, akan terjadi. Kami akan tinggal di rumah atau di tempat kerja ketika itu dimulai. Mungkin kami akan bertahan, mungkin tidak... Tentu saja kami takut, tentu. Tapi ke mana kami bisa pergi? Siapa yang membutuhkan kami?"

Ya, orang-orang di Ukraina sedang berusaha keras mencoba untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka. 

Di tengah kelelahan dan ketakutan, mereka berusaha mempertahankan diri. Mereka juga bersiap untuk kemungkinan terburuk.

Baca Juga: Menko Marves RI Luhut Binsar Pandjaitan Ditemani Ridwan Kamil Kunjungi PT DI dan Polman, Ada Apa?

Bagaimana tidak, Sekitar 15.000 orang telah tewas sejak 2014 dalam pertempuran antara separatis yang didukung Rusia dan tentara Ukraina, menurut pemerintah di Kyiv. Hubungan telah memburuk sejak Moskow mencaplok semenanjung Krimea tahun itu.

Sekarang penumpukan lebih dari 100.000 tentara Rusia di dekat Ukraina telah memicu ketakutan di Barat dan di Ukraina bahwa Moskow mungkin merencanakan invasi, sesuatu yang dibantah Rusia.

Namun, apapun yang terjadi, masyarakat Ukraina hanya tahu satu hal, berjuang untuk mempertahankan hidup. Takut, ya. Akan tetapi, kemana lagi mereka harus pergi karena di sanalah mereka dilahirkan.***

Editor: AR Rachmawati

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini