Network
PR CIANJUR - Usai ribuan warga Lebanon menggelar aksi protes menuntut otoritas setempat untuk bertanggung jawab atas ledakan yang menghancurkan Kota Beirut, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengundurkan diri dari jabatannya dan membubarkan pemerintahannya pada Senin, 10 Agustus 2020.
Lewat pidato resminya, Hassan Diab menyampaikan bahwa ledakan dahsyat serta aksi kemarahan warga merupakan buah dari korupsi yang telah mendarah daging di Lebanon.
Ledakan dahsyat pada 4 Agustus 2020 yang disebabkan oleh lebih dari 2.000 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan itu, telah menyebabkan kurang lebih 163 orang meninggal dunia dan lebih dari 6.000 warga terluka.
Baca Juga: Fakta atau Hoaks: Benarkah Logo HUT RI ke-75 Ada Lambang Salib?
Tak hanya itu, sebagian besar bangunan yang terdapat di sekitar Kota Beirut mengalami rusak parah.
Peristiwa itu memperburuk krisis ekonomi dan politik yang telah terjadi selama berbulan-bulan di Lebanon.
“Hari ini kami mengikuti kehendak masyarakat yang menuntut tanggung jawab otoritas terkait terhadap bencana ini. Mereka yang memilih untuk bersembunyi selama tujuh tahun, (dan kami akan mengikuti) keinginan mereka yang menuntut perubahan,” tutur Diab dikutip Pikiranrakyat-Cianjur.com dari Reuters.
Presiden Lebanon Michel Aoun menerima pengunduran diri pemerintahan Diab. Namun ia meminta mereka untuk sementara ini menjadi pelaksana tugas sampai kabinet baru terbentuk.
Bagi banyak warga Lebanon, ledakan itu jadi peristiwa terakhir yang menyulut kemarahan rakyat.
Baca Juga: Mengenal 2 Jenis Fenomena Awan Arcus yang Muncul di Aceh, Salah Satunya Mirip Gelombang Tsunami
Artikel Rekomendasi