Kesenian Reak Cianjur, Warisan Budaya  yang Ditampilkan Saat Acara Khitanan

- 12 Maret 2022, 09:59 WIB
Penampilan kesenian reak di Kampung Pasir Kuda  Desa Rahong Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur ketika ada acara khitanan.
Penampilan kesenian reak di Kampung Pasir Kuda Desa Rahong Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur ketika ada acara khitanan. /Instagram Humas Pemkab Cianjur /

Jendela Cianjur - Di Kampung Pasir Kuda, Desa Rahong, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur ada sebuah kesenian tradisional yang bernama Reak. Yaitu sebuah kesenian yang merupakan perpaduan antara, reog, angklung, kendang pencak, dan topeng.

Ketua Sanggar Seni Reok Cilaku, Wardana Hidayat (45), mengatakan, kesenian ini lahir sekitar abad ke-12. Ketika itu Prabu Kiansantang (Putra Prabu Siliwangi), menginginkan agar penduduk pulau Jawa, khususnya Jawa Barat menganut Agama Islam.

Dalam Agama Islam, katanya, ada kewajiban bahwa seorang anak laki-laki harus dikhitan. “Mengingat bahwa khitanan berarti memotong bagian ujung organ intim laki-laki, maka dalam pelaksanaanya seringkali membuat anak menjadi ketakutan,” paparnya.

Baca Juga: Warga Panyindangan Cianjur Menemukan Kerangka Manusia, Kades Deden Slamet : Bagian Kepala Belum Ditemukan

Untuk itu, para sesepuh Sumedang menciptakan suatu kesenian dengan tujuan agar yang disunat terhibur, sehingga mengurangi rasa takut. Kesenian itu disebut sebagai "reak" karena merupakan perpaduan dari berbagai jenis kesenian. “Sehingga mewujudkan kehiruk-pikukan dan kesorak-soraian baik dari pemain maupun penonton,” katanya.

Menurut Wardana, sekitar tahun 50-an kesenian ini dibawa oleh para pedagang Sumedang ke daerah Cianjur. Oleh karena itu, para senimannya adalah keturunan orang Sumedang yang telah menjadi warga Cianjur, antara lain, H Munandar, Sumria, Kahdi, Dana, dan Sumardi.

“Kesenian ini telah dikembangkan warga Cilaku Cianjur kini setiap ada kegiatan khitanan atau hiburan rakyat, reak selalu ditampilkan,” imbuhnya.***

Editor: Deni Abdul Kholik


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini