Komentar Menohok Rizal Ramli pada Menteri Keuangan Sri Mulyani Soal Surat Utang Negara

- 30 Oktober 2020, 19:23 WIB
Rizal Ramli.
Rizal Ramli. //Instagram/@rizalramli.official

PR CIANJUR - International Debt Statistics (IDS) 2021 yang mencatat utang luar negeri banyak negara, baru saja dikeluarkan Bank Dunia.

Hingga akhir 2019 utang luar negeri telah mencapai 402.08 miliar dolar AS atau setara dengan Rp5.880 triliun.

Indonesia menempati urutan ke-7 dari 10 negara pengutang terbesar di dunia.

Baca Juga: Bisa Saja Milenial Tanya Sumbangsih Apa yang Sudah Diberikan Pemerintah, Kata Demokrat ke Megawati

Sebelum Indonesia, terdapat Tiongkok, Brazil, India, Meksiko, dan Turki, sedangkan di bawahnya ada Argentina, Afrika Selatan dan Thailand.

Dari total utang yang dimiliki Indonesia sebanyak 233,51 miliar dolar atau setara dengan Rp3.415 triliun adalah milik pemerintah pusat dan sisanya adalah milik swasta.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia mengatakan jika posisi utang pemerintah lebih dari 80 persen berupa surat berharga negara.

Baca Juga: Hasil Tes Acak Dinkes KBB, Ada Pengunjung Reaktif Covid-19 di Terminal Wisata Grafika Cikole Lembang

Surat berharga itu dapat diperjualbelikan di pasar keuangan yang nilainya bergerak dinamis, bergantung pada ekspektasi investor dalam melihat Indonesia.

Terkait permasalahan utang RI, Ahli Ekonomi Indonesia Dr. Rizal Ramli buka suara.

Melalui sebuah unggahan di laman Twitter miliknya, Rizal Ramli menyentil Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Bagi Rizal Ramli, pemerintah melalui Menkeu Sri Mulyani telah mengambil langkah yang merugikan rakyat dan hanya menguntungkan pemberi utang.

Baca Juga: MUI Tanggapi Sindiran Megawati pada Kaum Milenial: Sudah Ketiban Utang Dituduh Dimanja Pula

"Inilah prestasi Menkeu 'Terbalik', menguntungkan kreditor, tapi sangat merugikan rakyat dan bangsa Indonesia," ungkapnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Twitter @RamliRizal yang diunggah pada 29 Oktober 2020.

Selain itu ia juga menyoroti soal Investment Grade yakni peringkat yang menandakan penerbit surat utang, tanpa keraguan, memiliki kemampuan membayar kewajibannya.

Indonesia disandingkan dengan negara terdekat yakni India, Filipina, Thailand, Malaysia serta Vietnam, sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com pada artikel "Soroti Surat Utang Negara, Rizal Ramli: Inilah Prestasi Menteri Keuangan".

Perlu diketahui semakin tinggi imbal hasil (yield) yang diharapkan investor,berarti surat berharga tersebut bernilai semakin murah.

Baca Juga: Puncak Arus Balik Libur Panjang Diperkirakan Terjadi pada Sabtu dan Minggu Besok

Alasan yang membuat imbal hasil semakin tinggi atau rendah adalah dari kemampuan membayar kewajiban utang, termasuk soal dinamika ekonomi yang terjadi pada negara penerbit surat utang.

Berdasarkan statistik yang dikeluarkan oleh Lokadata pada 2020 yield yang terbentuk di pasar untuk surat utang dengan tenor 10 tahun Indonesia 8.4 persen, Malaysia 3.6 persen, Thailand 1.7 persen, Filipina 5.6 persen, India 6.7 persen dan Vietnam 3.5 persen.

 

Meskipun Vietnam memiliki utang yang cukup membuncit, namun tingkat kenyamanan investor lebih tinggi.

Surat utang Indonesia mencapai 8,4 persen, jauh di atas suku bunga (kupon) yang ditawarkan saat surat utang diterbitkan.

Baca Juga: Terus-menerus Dituding PKI, Megawati Ingatkan Publik Bahwa Orang Tuanya Pahlawan

Rizal Ramli membandingkan imbal hasil (yield) dari utang Indonesia yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam.

"Peringkat Indonesia dan Vietnam sama. Tapi yield surat utang Vietnam (3,5%) lebih rendah dibandingkan Indonesia (8,4%)! Luar biasa ndablek," pungkas Rizal Ramli.***(Rahmi Nurfajriani/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x