Ilmuwan Inggris Sebut Vaksin Hanya Beri Kekebalan Semu Setelah Dua Kali Sengaja Terpapar Covid-19

30 Oktober 2020, 15:12 WIB
Ilustrasi Pasien COVID-19. /PIXABAY/Engin_akyurt

PR CIANJUR - Seorang ilmuwan asal Inggris, Dr. Alexander Chepurnov rela dirinya terpapar Covid-19 hingga dua kali.

Ia melakukan hal tersebut dalam rangka melakukan penelitian terkait virus Covid-19.

Hal itu dia lakukan demi mendapatkan herd immunity atau kekebalan kelompok.

Baca Juga: Terkait Pernyataan Presiden Prancis, Mantan PM Malaysia Sebut Muslim Punya Hak Untuk Marah

Penelitian Dr. Chepurnov itu sendiri bertujuan untuk mengetahui seperti apa perilaku virus Covid-19, seberapa kuat, serta berapa lama virus corona ini dapat bertahan di tubuh seseorang.

Untuk mengetahui hasil dari tujuan penelitiannya, Dr. Chepurnov memutuskan untuk menjadikan dirinya sendiri sebagai kelinci percobaan.

Dia sengaja bersinggungan dengan pasien positif Covid-19 tanpa alat pengaman apa pun.

Akan tetapi sebagaimana diberitakan PortalSurabaya.com dalam artikel "Terpapar Covid-19 Dua Kali, Ilmuwan Rusia: Vaksin Beri Kekebalan Tapi Hanya Sementara", hasil penelitian Dr. Chepurnov tidak seperti yang diinginkannya.

Baca Juga: Selain Pepaya, Ini 7 Jenis Buah yang Bisa Tingkatkan Imun Tubuh

Penelitian yang membuatnya terpapar virus demi mendapatkan imunitas itu hanya sia-sia saja.

Awalnya, Dr. Chepurnov terpapar virus Covid-19 saat ia tengah bermain ski di Perancis pada bulan Februari. Ia dapat sembuh tanpa menjalani perawatan yang serius.

Ia kemudian mengajak timnya untuk mengadakan penelitian di Institut Pengobatan Eksperimental dan Klinis di Novosibirsk.

Penelitian yang dilakukan timnya mendapatkan kesimpulan bahwa antibodi virus Covid-19 menurun dengan cepat.

Baca Juga: Dewi Tanjung pada Liputan Tim Najwa Soal Pembakaran Halte: Intelejen Saja Belum Keluarkan Pernyataan

"Pada akhir bulan ketiga setelah saya terinfeksi, antibodi itu sudah tidak lagi terdeteksi," ucapnya. Ia pun memutuskan untuk kembali terpapar virus corona.

Ia menjelaskan jika tubuhnya kembali melemah setelah enam bulan dari infeksi virus corona yang pertama. Gejala awal yang ia rasakan adalah tenggorokan yang terasa perih.

Dr. Chepurnov pun tidak menduga jika infeksi keduanya membuat ia harus menjalani perawatan yang serius di rumah sakit.

Selama lima hari tubuhnya demam hingga suhu tubuhnya mencapai 39 derajat Celcius. Indera penciuman dan lidahnya pun mulai tidak berfungsi.

Baca Juga: Shah Rukh Khan Sampai Tersentuh, Berterima Kasih pada Vina Fan YouTuber Asal Indonesia

"Di hari keenam terpapar, pemindaian CT menunjukkan paru-paru saya bersih. Tiga hari setelah pemindaian, hasil sinar X memaparkan ada pneumonia ganda," jelas Dr Chepurnov.

Ia mengatakan virus Covid-19 mulai tidak terdeteksi setelah ia dirawat selama dua pekan. Hal ini dibuktikan dengan sampel di nasofaring.

Dengan pengalaman yang sudah ia jalani, Dr. Chepurnov memiliki kesimpulan jika herd immunity adalah harapan semu.

Dr. Chepurnov meyakini virus corona dapat bertahan dalam waktu yang lama. Menurutnya, vaksin memang memberikan kekebalan, namun hanya bersifat sementara.

Baca Juga: Simak 5 Poin Penting dalam Surat Pernyataan Jika Tak Ingin Tersingkir Usai Pengumuman CPNS 2019

Ilmuwan asal Rusia ini mengatakan, yang dunia butuhkan saat ini adalah vaksin yang bisa dipakai berkali-kali. Bukan hanya sekadar vaksin rekombinan.

Dia juga menjelaskan, jika disuntik dengan vaksin berbasis vektor adenovirus, maka vaksinasi tidak akan bisa diulangi karena kekebalannya bakal terus mengintervensi.***(Rere Radilla/PortalSurabaya.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Portal Surabaya

Tags

Terkini

Terpopuler