Guru di Prancis Dipenggal dalam Serangan Teroris Usai Diskusi Soal Kartun Nabi Muhammad

- 17 Oktober 2020, 08:58 WIB
Ilustrasi pembacokan.
Ilustrasi pembacokan. /

PR CIANJUR - Seorang guru sejarah di sekolah menengah di Paris tewas usai dipenggal dalam serangan teroris pada Jumat, 16 Oktober 2020, diberitakan otoritas Prancis.

Guru sejarah tersebut dilaporkan sempat menggelar diskusi soal kartun Nabi Muhammad dengan para muridnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari UPI.

Kasus ini sedang diselidiki oleh jaksa anti-teror Prancis terkait pembunuhan sehubungan dengan organisasi teroris dan asosiasi teroris kriminal.

Baca Juga: Ini 3 Kunci agar Selamat dari Virus Corona Menurut Ketua Satgas Covid-19

Menurut keterangan polisi, serangan terjadi di Conflans-Sainte-Honorine, daerah pinggiran kota di barat laut Paris.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi sekolah tersebut dan berbicara dengan para guru.

"Salah satu rekan kami dibunuh hari ini karena dia mengajar kebebasan untuk percaya atau tidak. Kita harus berdiri bersama sebagai warga negara," kata Macron.

Polisi mengatakan orang tua telah mengancam guru sejarah setelah menunjukkan kepada siswa karikatur nabi Muslim yang diterbitkan pada tahun 2015 di majalah satir Charlie Hebdo sebagai bagian dari diskusi tentang kebebasan berbicara dan penistaan di Prancis.

Baca Juga: Polisi Khawatir Pelajar Dijadikan Kambing Hitam Pada Demo Omnibus Law

Menurut investigasi, tersangka penyerangan yang diidentifikasi sebagai seorang imigran berusia 18 tahun dari Chechnya, mengumumkan rencananya di Twitter dan memposting foto guru tersebut, tapi kini telah dihapus.

"Kepada Macron, pemimpin kaum kafir, saya mengeksekusi salah satu hellhound Anda yang berani meremehkan Muhammad," kata tersangka dalam cuitan tersebut.

Pejabat Prancis lainnya menunjukkan dukungan pada Jumat, sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com sebelumnya dalam artikel "Diskusikan Soal Kartun Nabi Muhammad, Guru di Prancis Dipenggal dalam Serangan Teroris".

"Malam ini, Republik (Prancis) diserang dengan pembunuhan keji salah satu hambanya, seorang profesor," kata Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer di Twitter.

Sementara itu, editor di Charlie Hebdo men-tweet dukungan mereka kepada keluarga guru yang menjadi korban.

Baca Juga: Sofyan Djalil Sesalkan Anak SMK Ikut Demo Omnibus Law: Supaya Mereka Dapat Lapangan Kerja

"Charlie Hebdo mengungkapkan rasa ngeri dan pemberontakan setelah seorang guru yang sedang menjalankan tugas dibunuh oleh seorang fanatik agama," kata editor tersebut.

Serangan itu adalah tindakan kekerasan lain di Paris sejak persidangan dimulai bulan lalu terhadap 14 terdakwa yang dituduh merencanakan serangan penembakan dengan kekerasan pada 2015 di kantor majalah yang menewaskan 17 orang.

September lalu, seorang pria Pakistan berusia 25 tahun didakwa menikam dua orang di luar bekas kantor Charlie Hebdo di timur Paris.***(Julkifli Sinuhaji/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat UPI


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x