Sejarah dan Keutamaan Idul Fitri : Allah Menggantikan Keburukan dengan Kebaikan

- 2 Mei 2022, 08:05 WIB
Sejarah Idul Fitri.
Sejarah Idul Fitri. /Pixabay / syaifulptak57/

 

JENDELA CIANJUR - Ketika Ramadhan berlalu, umat Islam akan menutupnya dengan melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri.

Umat muslim berbondong-bondong menyemarakkan salah satu anjuran Islam yang satu ini dengan melakukan shalat sunnah berjamaah, pakaian serba baru, dan hal-hal lain yang juga demikian.

Sejarah hari raya Idul Fitri tidak bisa lepas dari dua peristiwa, yaitu peristiwa perang Badar dan hari raya masyarakat jahiliyah.

Pertama, awal mula dilaksanakannya hari raya Idul Fitri pada tahun ke-2 hijriah. Saat itu bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar. Kemenangan itu menjadi sejarah bahwa di balik perayaan Idul Fitri ada histeria dan perjuangan para sahabat untuk meraih kemenangan dan menjayakan Islam.

Oleh karenanya, setelah kemenangan diraih umat Islam, secara tidak langsung mereka merayakan dua kemenangan, yaitu kemenangan atas dirinya yang telah berhasil berpuasa selama satu bulan, dan kemenangan dalam perang badar.

Baca Juga: RESMI, Djadjang Nurdjaman Jadi Pelatih Persikabo, Hal Ini yang Akan Ia Benahi Pertama Kali

Kedua, sebelum Islam datang, kaum Arab jahiliyah mempunyai dua hari raya yang dirayakan dengan sangat meriah. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa asal-usul disyariatkannya hari raya ini tidak lepas dari tradisi orang jahiliyah yang mempunyai kebiasaan khusus untuk bermain dalam dua hari, yang kemudian dua hari itu oleh Rasulullah diganti menjadi hari yang lebih baik, dan perayaan yang lebih baik pula, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.

Dalam sebuah hadist, dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain. Ketika Nabi Muhammad datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. (HR Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Risalah fil Aqaid menjelaskan bahwa dua hari yang setiap tahunnya digunakan untuk pesta pora oleh kaum jahiliyah itu disebut dengan hari Nairuz dan Marjaan.

Halaman:

Editor: Gugum Budiman

Sumber: Jatim.nu.or.id


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x