Sangat subjektif memang. Apalagi bila peristiwa tersebut adalah peristiwa politik.
Tulisannya terasa sangat lugas. Gie tak segan untuk menuliskan nama orang-orang yang jadi sasaran kritiknya.
Baca Juga: Informasi Prakiraan Cuaca Seminggu ke Depan, Gelombang Air Laut Papua Barat akan Setinggi Ini
Kampus-kampus perguruan tinggi pada saat itu menjadi medan pertempuran pemikiran yang sangat bebas sebelum Orde Baru berkuasa.
Entah itu mahasiswa yang berideologikan agama, nasionalis, maupun komunis.
Gie tetap berpegang teguh pada idealismenya tanpa pandang bulu.
Bahkan sebelum kematiannya di puncak gunung Semeru ia sempat mengirimkan peralatan bersolek diri kepada para wakil mahasiswa yang duduk di DPR-GR.
Baca Juga: Polisi Ungkapkan Kondisi Terkini Iyut Bing Slamet Usai Penangkapan oleh Satuan Reserse Narkoba
Kawan-kawannya yang dulu berjuang bersama meruntuhkan rezim Orde Lama akhirnya idealismenya harus tergadai demi jabatan dan kebutuhan perut.
Sejatinya kampus adalah tanah gembur yang memungkinkan berbagai macam pemikiran tumbuh.
Artikel Rekomendasi