Mahasiswa Indonesia Menurut Pemahaman Soe Hok Gie

- 6 Desember 2020, 06:15 WIB
Ilustrasi mahasiswa yang telah lulus.
Ilustrasi mahasiswa yang telah lulus. /Pexels/@Ekerulila

PR CIANJUR – Mahasiswa Indonesia tidak ada habisnya untuk dijadikan bahan kajian. Salah satunya yang pernah dilakukan oleh Soe Hok Gie dalam catatan hariannya. Dikutip Pikiran Rakyat Cianjur dari buku Soe Hok Gie Catatan Seorang Demonstran.

Dekade 1960-an ibu pertiwi sedang bergolak.

Mulai dari Pembebasan Irian Jaya, konfrontasi dengan negeri jiran Malaysia hingga transisi kepemimpinan nasional dari Orde Lama ke Orde Baru sangat memengaruhi stabilitas kehidupan bangsa Indonesia yang multidimensional.

Baca Juga: Tanpa Perlu ke Salon Ikan, Ikuti Tips Menggunting Sirip dan Ekor Cupang dengan Benar dan Aman

Lingkungan perguruan tinggi pun tak luput dari implikasi kondisi bangsa Indonesia pada saat itu.

Dalam jiwa zaman Indonesia seperti itulah seorang intelektual muda terlahir.

Dalam buku catatan hariannya sendiri yang kemudian dibukukan dengan judul Catatan Seorang Demonstran, Soe Hok Gie menuliskan bahwa ia terlahir saat Perang Pasifik sedang berkecamuk (17 Desember 1942).

Baca Juga: Indonesia Pernah Berusaha Memerdekakan Papua Barat, Namun Rakyat Irian Barat Pilih Jadi Bagian NKRI

Sampai sejauh ini Soe Hok Gie bisa dikatakan satu dari sekian aktivis mahasiswa angkatan ’66 yang rajin menuliskan dalam catatan hariannya berbagai macam peristiwa di kehidupan pribadinya.

Sangat subjektif memang. Apalagi bila peristiwa tersebut adalah peristiwa politik.

Tulisannya terasa sangat lugas. Gie tak segan untuk menuliskan nama orang-orang yang jadi sasaran kritiknya.

Baca Juga: Informasi Prakiraan Cuaca Seminggu ke Depan, Gelombang Air Laut Papua Barat akan Setinggi Ini

Kampus-kampus perguruan tinggi pada saat itu menjadi medan pertempuran pemikiran yang sangat bebas sebelum Orde Baru berkuasa.

Entah itu mahasiswa yang berideologikan agama, nasionalis, maupun komunis.

Gie tetap berpegang teguh pada idealismenya tanpa pandang bulu.

Bahkan sebelum kematiannya di puncak gunung Semeru ia sempat mengirimkan peralatan bersolek diri kepada para wakil mahasiswa yang duduk di DPR-GR.

Baca Juga: Polisi Ungkapkan Kondisi Terkini Iyut Bing Slamet Usai Penangkapan oleh Satuan Reserse Narkoba

Kawan-kawannya yang dulu berjuang bersama meruntuhkan rezim Orde Lama akhirnya idealismenya harus tergadai demi jabatan dan kebutuhan perut.

Sejatinya kampus adalah tanah gembur yang memungkinkan berbagai macam pemikiran tumbuh.

Ilmu pengetahuan berkembang. Mimbar bebas kampus harus tetap dijaga jangan sampai teracuni oleh kepentingan-kepentingan praktis.

Baca Juga: Pejabat Kemensos Tertangkap, Mensos: Kami Menghormati dan Mendukung Proses yang Berlangsung di KPK

Apalagi politik praktis. Seperti yang dituliskan Gie bahwa mahasiswa harus memainkan peranan sebagai cowboy.

Datang ke sebuah kota untuk menumpas kejahatan di kota itu.

Setelah itu ia harus pergi lagi tanpa seorang penduduk kota itu mengetahui siapa penolong mereka dan kemana ia pergi. Berbagi ilmunya tanpa mengharap pamrih.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Catatan Seorang Demonstran Gie


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini