Harga BBM Bakal Naik? Minyak Mentah Asia Melonjak Antisipasi Rendahnya Persediaan AS

- 8 Juni 2022, 16:53 WIB
Harga Minyak Mentah Asia melonjak akibat persediaan di Amerika Serikat menipis.
Harga Minyak Mentah Asia melonjak akibat persediaan di Amerika Serikat menipis. /Tass/

Bank Dunia pada Selasa (7 Juni 2022) memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya untuk 2022 hampir sepertiga, memperingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah menambah kerusakan akibat pandemi COVID-19, dan bahwa banyak negara sekarang menghadapi resesi.

Baca Juga: Persib Bandung Ikuti Jejak Barcelona, Manchester City dan AC Milan, Gabung dengan Socios.com

Sementara itu pasokan minyak mentah dan produk minyak global tetap ketat, meningkatkan margin penyulingan minyak diesel Asia ke level rekor, karena sanksi Barat menghambat ekspor dari produsen utama Rusia.

CEO pedagang komoditas global Trafigura mengatakan harga minyak bisa segera mencapai 150 dolar AS per barel dan naik lebih tinggi tahun ini, dengan kehancuran permintaan kemungkinan pada akhir tahun.

Sebagian besar kilang secara global sudah mendekati kapasitas untuk memenuhi permintaan yang meningkat dari pemulihan pandemi dan untuk menggantikan pasokan Rusia yang hilang.

Analis JP Morgan memperkirakan bahwa Rusia telah memotong sekitar 500.000 hingga 700.000 barel per hari ekspor produk minyak, karena sekarang menemukan pemasaran bahan bakar lebih sulit daripada pemasaran minyak mentah.

"Kecuali jika kapasitas baru Timur Tengah datang lebih cepat dari yang kami harapkan atau China memutuskan untuk menaikkan batas ekspor produknya, kekurangan produk bersih hanya akan bertambah buruk karena permintaan bahan bakar transportasi meningkat selama musim panas di belahan bumi utara," kata mereka dalam sebuah catatan.

Baca Juga: Film Horor Ivanna Segera Hadir di Bioskop, Simak Jadwal Tayangnya

Pada Selasa (7 Juni 2022), China menambah kuota ekspor produk batch pertama yang bertujuan untuk mengurangi persediaan domestik yang tinggi, yang telah meningkat karena penguncian pandemi telah mengurangi permintaan. Meskipun ada penambahan kuota terbaru, volume mereka tetap jauh lebih rendah dari tahun lalu.

"Kami tidak melihat dampak yang berarti untuk mengurangi keketatan minyak diesel saat ini tetapi akan mengawasi kemajuan awal dari penyulingan baru seperti Petronas RAPID dan Kuwait Al-Zour," kata analis Citi Oscar Yee dalam sebuah catatan.***

Halaman:

Editor: Gugum Budiman

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x