Bahasa Sunda, Bahasa Ibu Orang Jawa Barat, Jangan Sampai Terlupa di Masa Kini

12 Desember 2020, 06:30 WIB
ILUSTRASI kamus Bahasa Sunda. /DOK.PR

PR CIANJUR - Sunda sebagai salah satu wilayah lahirnya kebudayaan daerah di Indonesia memiliki bahasa ibu yang dinamakan sama dengan kebudayaan yang lahir di wilayah tersebut.

Bahasa Sunda sebagai bahasa ibu urang Sunda yang konon katanya merupakan suku bangsa kedua terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa ini sekarang mulai mengalami degradasi dalam hal pemraktikannya.

Dikutip Pikiran Rakyat Cianjur dari Ajip Rosidi dalam bukunya Masa Depan Budaya Daerah Kasus Bahasa dan Sejarah Sunda, Pikiran dan Pandangan Ajip Rosidi.

Baca Juga: Sambil Tunggu Hasil Perhitungan Suara Pilkada 2020 dari KPU, Gibran Akan 'Blusukan' di Solo

Ajip menyatakan bahwa ada paradigma yang berkembang di sebagian masyarakat Sunda bahwa mempelajari bahasa ibu mereka tersebut hararese, sulit.

Hal ini dikarenakan aturan undak-usuk bahasa Sunda yang feodalistis kadang kala membuat orang ragu berkata dalam bahasa ibu mereka sendiri dikarenakan takut mengalami kekeliruan dan dianggap teu Nyunda.

Padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa aturan undak-usuk bahasa Sunda terpengaruhi oleh lunggah-lungguh bahasa Jawa di masa lampau ketika wilayah Sunda dikuasai oleh Kesultanan Mataram.

Ini mau tak mau membuat para penguasa di tatar Sunda pada waktu itu harus mempelajari bahasa tuan penguasanya (bahasa Jawa).

Baca Juga: Partainya Menangi Perhitungan Cepat 4 Pilkada di Sumatera Barat, Ini Kata Sekjen PDI Perjuangan

Sehingga pada akhirnya kebiasaan pemakaian lunggah-lungguh di kalangan bangsawan Sunda menyebar pada masyarakat yang ada di bawahnya.

Sejatinya bahasa ibu merupakan bahasa yang paling tepat untuk menyampaikan pesan-pesan ruhaniah yang menjadi kekayaan intelektual nenek-moyang pada zamannya.

Bahasa Sunda memiliki kedudukan yang vital dalam menyampaikan pesan-pesan ruhaniah tersebut.

Berbagai macam naskah Sunda kuna dari masa lampau hingga saat ini banyak yang masih belum terbaca dan diteliti.

Memang secara tanggung jawab akademis ini menjadi tugas para filolog. Namun tidak hanya mereka yang harus menanggung sendiri tanggung jawab besar tersebut.

Baca Juga: Pilkada Serentak 2020 Selesai, Ini Tahapan Selanjutnya, Tidak Puas Dengan Hasilnya? Datang ke MK

Seharusnya seluruh orang yang hidup di wilayah kebudayaan Sunda yang mengaku urang Sunda-lah yang harus juga mempelajari, melestarikan, mempraktikan, dan mengajarkan pada yang lain bahasa Sunda ini.

Secara lembaga pendidikan, dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas, pemerintah seharusnya harus bisa membuat suatu kebijakan yang jelas terkait pelestarian bahasa ibu ini.

Tidak hanya secara nyata dimasukan dalam kurikulum pendidikan saja, namun praktik pengajaran di lapangan pun harus diperhatikan.

Apalagi terkait kemampuan dari si pendidik bahasa ibu.

Baca Juga: Menantu Jokowi Unggul Sementara di Pilkada Kota Medan 2020, Lawan Singgung ‘Tangan Tak Terlihat'

Jangan sampai asal tembak, asal tunjuk orang untuk mengajarkan bahasa ibu ini.

Minimal dia adalah lulusan program studi sastra daerah di kampusnya atau praktisi bahasa ibu yang memiliki kredibilitas serta kompetensi.

Bila masih ada anggapan bahwa bahasa ibu merupakan bahasa yang kuno serta usang ketinggalan zaman, maka tunggu saja bangsa besar bernama Indonesia ini akan mengalami gejala kebangkrutan identitas karena derasnya arus globalisasi.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Buku Ajip Rosidi

Tags

Terkini

Terpopuler