Kenali Gejala Berikut untuk Atasi Gangguan Kepribadian Paranoid

- 24 Februari 2021, 21:01 WIB
Ilustrasi paranoid.
Ilustrasi paranoid. / /pixabay/fotorieth

PR CIANJUR – 10 persen orang di seluruh dunia menderita gangguan kepribadian.

Menurut dokter spesialis kejiwaan gangguan kepribadian paranoid adalah jenis gangguan kepribadian yang dapat menyebabkan individu mengembangkan kecurigaan.

Biasanya kecurigaan tersebut ditunjukan pada orang lain dengan kadar yang berlebih.

Baca Juga: Kopi Gayo Aceh, Antara Petani, Pandemi, dan Kearifan Lokal

Jika Anda melihat seseorang yang selalu curiga atau sangat peka terhadap sesuatu, besar kemungkinan dia terkena paranoid.

Seperti dilansir Pikiranrakyat-Cianjur.com dari Syle chaze, gangguan kepribadian ini bisa menyebabkan orang yang terkena berperilaku aneh atau eksentrik.

Gangguan jenis ini tergolong ke dalam kelompok gangguan kepribadian yang disebut "Cluster A".
Penderita mengidap ketidakpercayaan dan kecurigaan yang tak henti-hentinya kepada orang lain, bahkan ketika tidak ada alasan untuk melakukannya.

Baca Juga: Negosiasi dengan Tesla Jalan Terus, Bahlil: Yakin Usaha akan Sampai dengan Perjuangan yang Kuat

Kenali tanda dan gejala pada seseorang yang mengidap paranoid :

Biasanya pengidap PPD selalu waspada karena mereka percaya bahwa orang lain di luar sana mencoba untuk merendahkan, mengancam, atau menyakiti mereka.

Selain itu mereka juga memiliki keyakinan yang tidak mendasar, hal ini dapat mengganggu kemampuan orang yang terkena dampak untuk membentuk hubungan dekat.

Baca Juga: Gold Winner Kategori Surat Kabar Harian Regional Jawa Terbaik IPMA 2021 Diraih Pikiran Rakyat

Apa Penyebab Gangguan Kepribadian Paranoid?

Meskipun penyebab pasti PPD belum ditemukan, namun hal itu diyakini dan pemicu oleh serba tertentu seperti adanya kombinasi faktor biologis, lingkungan, dan psikologis.

Gangguan kepribadian paranoid juga sering terlihat pada seseorang yang memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat skizofrenia dan gangguan delusi lainnya.

Adanya trauma emosional atau trauma fisik selama masa kanak-kanak bisa menjadi salah satu faktor lain yang memicu pada perkembangan PPD.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Rabu 24 Februari 2021: Al Beri Tugas Rahasia ke Rendy, Apakah Itu?

Jika Anda mulai khawatir terhadap diri sendiri maupun orang-orang terdekat mengidap gangguan tersebut, sebaiknya cepat konsultasikan dengan dokter spesialis.

Setelah mengunjungi dokter, mereka akan mulai bertanya perihal keluhan dan riwayat dari keluhan Anda.

Setelah itu dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari kemungkinan kondisi lain yang Anda alami.
Jika hasil pemeriksaan memang menunjukkan PPD, Anda akan dirujuk ke psikolog, psikiater, atau penyedia layanan kesehatan mental untuk pengujian lebih lanjut.

Baca Juga: Dinilai Salah Besar Pindah ke Barcelona, Mathieu: Griezmann tak Berada di Levelnya Saat di Atletico Madrid

Di tempat layanan kesehatan mental, mereka akan melakukan penilaian komprehensif atau terperinci yang mungkin mencakup serta menanyakan riwayat masa kecil, pekerjaan, sekolah, dan hubungan Anda.

Anda mungkin juga ditanya tentang cara Anda menghadapi situasi imajiner.

Setelah itu mereka akan mengukur reaksi Anda terhadap berbagai situasi, dan kemudian membuat diagnosis.

Seseorang yang bersedia melanjutkan pengobatan untuk PPD dapat memanfaatkan terapi bicara atau psikoterapi.

Baca Juga: Kasus Investasi Bodong di Cianjur Berlanjut, Polres Cianjur Limpahkan Berkas ke Kejari Cianjur

Terapi tersebut bertujuan untuk mengatasi gangguan tersebut, selain itu juga dapat mengajarkan Anda berkomunikasi dengan orang lain dalam situasi sosial.

Selain melakukan terapi, adapun obat-obatan yang dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan.
Obat-obatan tersebut meliputi, Benzodiazepin, Antidepresan, Antipsikotik.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Style Craze


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x