NGERI! WHO Sebut Limbah Medis Pandemi Tembus Puluhan Ribu Ton, Ini Bahaya yang Mengintai

- 1 Februari 2022, 14:54 WIB
Ilustrasi - Limbah Medis
Ilustrasi - Limbah Medis /Pixabay/alexroma/

JENDELA CIANJUR - WHO melaporkan, puluhan ribu ton limbah medis selama pandemi Covid-19 mulai mengancam kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.

Dilansir dari Reuters, berdasarkan laporan yang disampaikan WHO pada Selasa, 1 Februari 2022, jarum suntik bekas, alat uji bekas, dan botol vaksin bekas kian menggunung.

Diperkirakan, sekitar 87.000 ton alat pelindung diri (APD), atau setara dengan berat beberapa ratus paus biru, telah dipesan melalui portal PBB hingga November 2021.

Sebagian besar dari APD tersebut diperkirakan akan berakhir sebagai limbah.

Baca Juga: Info Loker BUMN Februari 2022, Enam Formasi untuk Lulusan D3, Segera Daftar!

 

Laporan itu juga menyebutkan, sekitar 140 juta alat uji dengan potensi menghasilkan 2.600 ton, yang cukup untuk mengisi sepertiga kolam renang Olimpiade.

Sebagian besar diantaranya adalah sampah plastik dan limbah kimia.

Selain itu, diperkirakan bahwa sekitar 8 miliar dosis vaksin yang diberikan secara global telah menghasilkan tambahan 144.000 ton limbah dalam bentuk botol kaca, jarum suntik, jarum, dan kotak pengaman.

Baca Juga: Sawah Milik Petani Cianjur Diserang Hama Burung Pipit, 100 Hektar Gagal Panen

Persoalan lainnya, sebagian diantara limbah tersebut dapat menjadi media penularan virus Corona.

Ini tentu akan sangat membahayakan petugas medis dan masyarakat di sekitar tempat pembuangan sampah yang dikelola dengan buruk.

Menurut WHO, kontaminasi dapat terjadi melalui udara akibat pembakaran sampah. Selain itu juga melalui kualitas air yang buruk atau hama pembawa penyakit.

Baca Juga: Diet Ketat Hingga Olah Raga Keras Tak Kunjung Bikin Kurus, Mungkin Ini Penyebabnya

Laporan tersebut menyerukan reformasi dan investasi termasuk melalui pengurangan penggunaan kemasan yang menyebabkan serbuan plastik.

Seruan lainnya adalah terkait penggunaan alat pelindung yang terbuat dari bahan yang dapat digunakan kembali dan dapat didaur ulang.

Laporan WHO tidak menyebutkan contoh spesifik di mana penumpukan paling mengerikan terjadi.***

 

 

Editor: AR Rachmawati

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini