“Kami hampir tidak memiliki listrik di mana pun di negara ini, termasuk ibu kota, Dili. Saat ini, kami memiliki listrik berkelanjutan di 80 persen negara. 20 persen sisanya menggunakan metode alternatif seperti tenaga surya,” ujarnya kala itu.
Ramos Horta, yang juga dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1996 karena melobi para pemimpin asing untuk mendesak Indonesia menarik pasukannya, mengatakan bahwa pemerintahnya memiliki rencana terkait menipisnya cadangan minyak dan gas.
Baca Juga: GTPP Covid-19 Purwakarta: Tamu dari Zona Merah Dilarang Masuk
Tak hanya itu, Ramos Horta menyebut masa depan ekonomi negaranya tidak lagi bergantung pada simpanan minyak di lepas pantai.
“Tidak seperti banyak negara penghasil minyak dan gas lainnya, kami segera menciptakan dana kekayaan kedaulatan. Kami mulai dengan £ 250 juta dan sekarang kami memiliki lebih dari $ 16 miliar di bank.
“Saat itu, undang-undang menyebutkan 90 persen dari pendapatan minyak dan gas akan digunakan untuk membeli obligasi negara Amerika Serikat. Sepuluh persen, bisa kita gunakan untuk diversifikasi.
"Karena kami tidak memiliki banyak pengalaman di pasar internasional, kami memutuskan untuk menginvestasikan semuanya pada obligasi negara Amerika Serikat.
Baca Juga: Fakta-fakta Mengejutkan Muncul, Dua Pelaku Mutilasi Kalibata City Akan Diperiksa Kondisi Kejiwaannya
“Ketika krisis keuangan 2008 melanda, negara-negara dengan kedudukan internasional yang lebih kuat seperti Singapura dan Norwegia, kehilangan puluhan miliar. Timor Leste tidak kehilangan satu sen pun," lanjutnya.
Ramos Horta sendiri pernah berbicara kepada media pada tahun 2008.
Artikel Rekomendasi