Pria Tak Dikenal Serang Konsulat Prancis di Jeddah, Pihak Kedubes Bereaksi Keras

- 30 Oktober 2020, 17:29 WIB
Bendera Prancis.
Bendera Prancis. /Pixabay/MurlocCra4ler/

PR CIANJUR - Pria yang tidak dikenal menyerang seorang penjaga Konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi menggunakan pisau pada Kamis, 29 Oktober 2020.

Serangan tersebut bersamaan dengan serangan sebuah gereja di kota Nice, Prancis, yang menewaskan tiga orang dan beberapa lainnya terluka.

Pihak kepolisian provinsi Mekkah, mengatakan pelaku penyerangan merupakan seorang warga Arab Saudi.

Baca Juga: Masjid Hingga Permukiman Warga Kabandungan Sukabumi Porak Poranda Akibat Puting Beliung

“Penyerang segera ditangkap oleh pasukan keamanan Arab Saudi setelah serangan itu. Penjaga dibawa ke rumah sakit dan nyawanya tidak dalam bahaya,” kata pihak kedutaan Besar Prancis dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.

Namun, pihak kedubes tidak menyebutkan kewarganegaraan dari penjaga pos Konsulat Prancis tersebut.

Mereka hanya mengatakan penjaga pos tersebut mengalami luka ringan atas serangan tersebut.

Baca Juga: Pasukan Tiongkok Dituduh Duduki Wilayah India, Dikhawatirkan Picu Perang Dunia III

"Kedutaan Besar Prancis mengutuk keras serangan terhadap pos terdepan diplomatik, yang tidak bisa dibenarkan," katanya dalam sebuah pernyataan, mendesak warganya di Arab Saudi untuk lebih meningkatkan tingkat kewaspadaan

Sebagaimana diberitakan Pikiranrakyat-bekasi.com dalam artikel, "Bersamaan dengan Teror di Gereja Nice, Konsulat Prancis di Jeddah Juga Diserang Seorang Pria Arab", keamanan di sekitar konsulat Jeddah kemudian tampak diperketat dengan mobil polisi Saudi yang terlihat berpatroli di sekitar kompleks kedutaan secara berkala.

Di Riyadh, dua mobil polisi ditempatkan di luar kedutaan yang terletak di kawasan diplomatik dengan keamanan tinggi di kota itu, kepolisian Arab Saudi pun mencegah orang yang lewat mengambil foto.

Baca Juga: Polisi Duga Penyerangan di Prancis yang Tewaskan 3 Orang Dilakukan Warga Tunisia

Serangan di Arab Saudi dan Prancis terjadi setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron dengan keras membela penerbitan karikatur Nabi Muhammad SAW oleh majalah satir Charlie Hebdo dengan alasan kebebasan berbicara.

Macron juga mendapat kecaman dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan serta negara-negara mayoritas Muslim lainnya.

Kerajaan Arab Saudi yang merupakan rumah bagi situs-situs paling suci Islam telah mengkritik karikatur tersebut, dengan mengatakan mereka menolak 'setiap upaya untuk menghubungkan Islam dan terorisme' tetapi tidak lagi mengutuk kepemimpinan Prancis.

Baca Juga: Volume Kendaraan yang Tinggalkan Jakarta Naik 40 Persen Pada Libur Panjang Kali Ini

Pembelaan Macron atas hak Charlie Hebdo terjadi setelah pembunuhan seorang guru pada 16 Oktober 22020 di sekolah Prancis yang telah menunjukkan karikatur tersebut kepada muridnya selama diskusi kelas tentang kebebasan berbicara.

Karikatur yang sangat menyinggung Islam tersebut, adalah bagian dari perdebatan baru tentang kebebasan berekspresi setelah pembunuhan guru di Prancis.

Kantor redaksi Charlie Hebdo sendiri pernah menjadi sasaran penyerangan oleh kelompok bersenjata pada 2015 lalu, yang menewaskan 12 orang, termasuk beberapa kartunis paling terkenal.

Baca Juga: Simak 6 Cara Cegah Covid-19 di Musim Hujan Berikut Ini

Prancis telah meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan teror sejak pembantaian di Charlie Hebdo.***(Rivan Muhammad/Pikiranrakyat-bekasi.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x