Kopi Gayo Aceh, Antara Petani, Pandemi, dan Kearifan Lokal

- 24 Februari 2021, 20:56 WIB
 Ilustrasi pohon kopi Gayo.
Ilustrasi pohon kopi Gayo. /Pixabay/fadhilasqar

PR CIANJUR – Provinsi Aceh dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Salah satu daerah terkenal di sana yang memproduksi biji kopi terbaik adalah Gayo.

Kopi Arabika Gayo terkenal sebagai salah satu kopi terbaik dan dan terenak di dunia. Di Kabupaten Bener Meriah, Aceh, warga lokal di sana sebagian masih berprofesi sebagai petani kopi Aceh.

Dilansir Pikiranrakyat-Cianjur.com dari Antara, Rabu 24 Februari 2021, di ibukota Kabupaten Bener Meriah, Redelong, ramai-ramai petani kopi Aceh menjemur biji kopi pascadipanen.

Baca Juga: Negosiasi dengan Tesla Jalan Terus, Bahlil: Yakin Usaha akan Sampai dengan Perjuangan yang Kuat

“Harganya memang turun drastis selama pandemi ini. Tapi, kita tetap bersemangat mengurus tanaman kopi karena memang pendapatan sebagian besar warga di sini berkebun kopi,” kata Rizal, salah satu petani kopi yang juga warga Bener Meriah.

Harga kopi Aceh menurun drastis seiring pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, warga Bener Meriah khususnya memiliki rasa optimistis tinggi bahwa di masa setelah pandemi Covid-19, harga kopi yang mereka tanam akan kembali membaik.

“Harus yakin (harga akan kembali meningkat) karena kopi Arabika Gayo menjadi salah satu varietas terbaik dunia dengan cita rasa yang khas,” ucap Rizal menyambung.

Baca Juga: Gold Winner Kategori Surat Kabar Harian Regional Jawa Terbaik IPMA 2021 Diraih Pikiran Rakyat

Di sisi lain, suasana kehidupan sehari-hari di Dataran Tinggi Tanah Gayo seakan biasa-biasa saja. Seperti tidak pernah ada virus Covid-19 yang menyerang berbagai bidang kehidupan mereka akhir-akhir ini.

“Kami warga kampung sudah terbiasa seperti ini. Setiap pagi, yang ada di pikiran adalah pergi ke kebun. Kebun kopi adalah ‘rumah’ kami di siang hari, setelah urusan anak-anak berangkat ke sekolah selesai,” kata warga lainnya, Kurnia.

Mayoritas warga yang mendiami Dataran Tinggi Tanah Gayo memang berprofesi sebagai petani kopi. Mereka tersebar di dua kabupaten, yakni Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Meski harga kopi terkena imbas dari adanya pandemi Covid-19, warga Bener Meriah dan Aceh Tengah enggan meninggalkan profesi mereka yang satu ini.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Rabu 24 Februari 2021: Al Beri Tugas Rahasia ke Rendy, Apakah Itu?

“Saat ini kondisinya memang memprihatinkan. Harga kopi (gelondongan) Cuma Rp6 ribu per bambu. Biasanya Rp10 ribu sampai Rp12 ribu per bambu (ukuran menjual kopi yang lazim di wilayah itu, setara 1,3 kilogram),” ujar Iwan, petani kopi di Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah.

“Selingannya tanam cabai, enggak banyak, untu bisa nambah-nambah penghasilan saja selain kopi,” ucap Aman Fitrah, petani kopi lainnya.

“Mamak saya walapun sudah tua enggak bisa dilarang ke kebun, malah sakit badannya kalau enggak ke kebun,” kata Aman Fitrah menyambung.

Baca Juga: Dinilai Salah Besar Pindah ke Barcelona, Mathieu: Griezmann tak Berada di Levelnya Saat di Atletico Madrid

Bagi masyarakat di Dataran Tinggi Tanah Gayo, kopi bukan hanya komoditas ekonomi. Lebih dari itu, sudah menjadi bagian dari budaya mereka.

“Gayo, kopi, dan budaya, adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisah, kita memang hidup dengan itu. Gayo hidup dengan kopi, Gayo hidup dengan budaya. Itu yang kemudian menjadi satu kesatuan ruh spiritnya orang Gayo. Ini yang harus dirawat dan dijaga dengan baik,” ujar Bupati Bener Meriah, Sarkawi.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x