Ekonom Ungkap Warisan Utang Indonesia, Tak Lihat Usia, Satu Orang Warga Indonesia Kena Rp20,5 Juta

- 22 Oktober 2020, 09:37 WIB
Ilustrasi utang luar negeri (ULN) Indonesia.
Ilustrasi utang luar negeri (ULN) Indonesia. /

"Itu yang dominan dibanding belanja yang produktif," katanya.

Jika ditotal kata Bhima, belanja pegawai dan barang itu lebih dari 30 sampai 40 persen.

Baca Juga: Ernest Prakasa Komentari Pemerintahan Jokowi, Ferdinand Hutahaean: Mungkin Kamu Lupa Bersyukur

"Makannya banyak sekali negara lain yang melakukan efisiensi birokrasi sebelum mereka melakukan penerbitan utang baru, nah itu di Indonesia sepertinya terlambat dilakukan," ucapnya.

Menurutnya, jika dilihat utang pemerintah bukan hanya sekadar dari debt to GDP atau rasio utang terhadap produk domestik bruto.

"Itu kan yang selalu dibicarakan, oh masih di bawah 40 persen, di bawah 60 persen, tapi padahal bukan hanya itu masalahnya," ucapnya.

Jadi kalo membahas utang pemerintah kata Bhima, itu juga berkaitan dengan kemampuan bayarnya.

Baca Juga: Ini Mobil Jalanan Tercepat di Dunia, SSC Tuatara Tembus 532,93km/jam

"Misalnya, ini kan kita lihat kalo utangnya luar negeri, berarti membayarnya juga harus menggunakan valas, gampangnya kalo utang dalam dolar bayarnya harus juga dolar, kan ada risiko-risiko tersendiri ya," ucapnya.

Kemudian tak hanya sampai di situ, Bhima juga menjelaskan masalah lain yang timbul dari utang berupa bunga.

Halaman:

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x