Juri Kontestasi Model Singgung Masalah Kesehatan Mental, Psikolog: tak Ada Sehat Tanpa Sehat Mental

24 Maret 2021, 14:25 WIB
Ilustrasi kesehatan mental. /Pexels/Polina Zimmerman.

PR CIANJUR – Seorang juri dalam kontestasi Indonesia Next Top Model menjadi perbincangan warganet setelah komentarnya yang dianggap menyinggung masalah kesehatan mental.

Tak hanya warganet, tanggapan terkait hal tersebut pun datang dari Piskolog Klinis Dewasa, Muthmainah Mufidah, M. Psi, pada Rabu, 24 Maret 2021.

Muthmainah mengatakan seseorang harus bisa berempati kala ada yang mau mengungkapkan masalah kesehatan mentalknya di masa lalu.

Baca Juga: Kemasan Vaksin Covid-19 Pfizer Rusak, Otoritas Hong Kong Tangguhkan Vaksinasi untuk Sementara

“Bayangkan kalau kita yang ada di posisi itu bagaimana? Ini bisa membuat kita lebih hati-hati merespons,” kata dia menjelaskan.

Menanggapi masalah tersebut, menurut Muthmainah, alangkah lebih baik menggunakan kata-kata yang tidak menyinggung pribadi bersangkutan.

Sehingga, lanjut Psikolog dari Universitas Indonesia ini, tidak akan ada pandangan subjektivitas diri kita dalam menanggapi permasalahan pihak yang memiliki cerita.

“Misal, ‘Oh kamu saat itu sedang merasa enggak enak ya, didiagnosa gangguan depresi’. Mengulangi perkataannya juga bisa menjadi tanda bahwa kita mendengarkan dengan baik,” ujarnya dikutip Pikiranrakyat-Cianjur.com dari Antara.

Baca Juga: 12 Saksi Kasus Suap Pengadaan Bansos Kementerian Sosial Dipanggil KPK Hari Ini

Wanita yang juga sebagai Co-Founder Arsanara Development Partner tersebut menuturkan apabila ingin mengajukan pertanyaan sekalipun, lemparkanlah pertanyaan terbuka. Di sisi lain, minimalisir pertanyaan yang buat si pemberi pertanyaan bisa memberikan komentar pribadi.

Ketika menjadi pendengar yang baik dari orang yang sedang membuka dirinya tersebut, lanjutnya, jangan menanggapi dengan kesan perlawanan, konfrontasi.

Cara yang tepat adalah menerima dan menyadari bahwa orang tersebut sedang mencoba membuka permasalahannya.

“Karena untuk menerima saja sudah tidak mudah, apalagi jika lingkungan menyudutkan, membantah. Di terapi memang ada teknik konfrontasi ini, tapi dilakukan oleh profesional dan disesuaikan dengan kondisi kliennya juga setelah assessment,” ucapnya menjelaskan.

Baca Juga: Terkait Sertifikat Tanah Elektronik, DPR dan Kementrian Agraria Sepakat untuk Menunda

Jika sekiranya diri kita tidak bisa menjadi pendengar yang baik dari orang yang sedang membuka permasalahannya tersebut, maka, lebih baik menyatakan kepada dirinya bahwa kita tidak bisa membantu dirinya. Jujur lebih baik, meskipun itu pahit.

“Karena kebutuhan orang kan berbeda-beda dan tujuan bercerita juga bisa beda-beda,” ucap Muthmainah.

Selanjutnya, jangan memberikan tanggapan di awal. Biarkan dia bercerita terlebih dahulu secara utuh, baru jika nanti dia meminta saran, sarankanlah bertemu dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut.

“Hindari bercandain ya. Karena ini masalah serius dan lagi-lagi kita tidak tahu cerita utuhnya dan proses dia di balik itu,” ucap Muthmainah.

Baca Juga: Baik untuk Kesuburan, Inilah 9 Manfaat Luar Biasa dari Beras Bambu

Muthmainah menyatakan, saat ini banyak orang sudah menyadari akan pentingnya kesehatan mental. Namun, di sisi lain, dirinya juga masih menyadari bahwa banyak orang belum bisa mengakses literasi tentang kesehatan mental.

“Atau tidak tahu harus ngapain, jadi tidak bisa menghadapi atau menanggapi orang dengan masalah kesehatan mental dengan sesuai. Tidak ada sehat tanpa sehat mental," katanya.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler