Sejarah Lisan, Metode dan Praktek

- 7 Desember 2020, 16:15 WIB
Ilustrasi diam, menjaga lisan.
Ilustrasi diam, menjaga lisan. /Pixabay/Sam Williams/

PR CIANJUR – Sejarah sebagai suatu disiplin ilmu di ranah sosial-humaniora harus mampu mempertahankan eksistensinya di tengah laju zaman yang semakin cepat ini. Dikutip Pikiran Rakyat Cianjur dari Reiza D. Dienaputra, Sejarah Lisan; Metode dan Praktek.

Jangan sampai ada stigmatisasi bahwa sejarah adalah suatu disiplin ilmu yang kolot dan tidak mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman.

Sekarang, suatu peristiwa sejarah tidak hanya bisa direkonstruksi dari sumber-sumber pasif saja (tulisan).

Baca Juga: Tulisan Menata Kembali Kesadaran Kita Sebagai Manusia

Pewacanaan penggunaan sumber lisan dalam penulisan sejarah menjadi suatu hal yang menarik.

Taufik Abdullah (1982) sebagaimana dikutip oleh Reiza D. Dienaputra dalam bukunya menjelaskan pada dasarnya sejarah lisan dapat dibedakan dalam tiga corak, yakni sastra lisan, pengetahuan umum tentang sejarah, dan kenangan pribadi (Dienaputra 2013: 16).

Sastra lisan bukan merupakan pilihan prioritas ketika seorang rekonstruktor sejarah akan menuliskan suatu peristiwa sejarah.

Mengapa ? Karena ranah sastra lisan merupakan ranah antropologis. Ia digunakan oleh rekonstruktor sejarah untuk masuk pada dunia nilai dan makna masyarakat di masa lampau.

Baca Juga: Tottenham vs Arsenal, Mourinho Hancurkan ‘Meriam London’ Arteta 2-0

Berusaha memasuki ‘jiwa zaman’ masyarakat di masanya. Pengetahuan umum tentang sejarah merupakan memori kolektif suatu komunitas dalam memahami masa lampau kelompoknya.

Salah dua hal tersebut yakni sejarah asal-usul suatu lokalitas, atau sejarah asal-usul keturunan (genealogis). Kenangan pribadi yang merupakan memori individual dianggap merupakan sumber sejarah lisan yang paling otentik untuk digali, dikeluarkan, dan dituliskan.

Rekonstruktor sejarah kontemporer sedikit banyak pasti menggunakan sumber lisan dalam hal ini kenangan pribadi tersebut untuk menjelaskan peristiwa yang ditelitinya.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Disimpan di Bandung, Ini Penjelasan Satgas Penanggulangan Covid-19 Jabar

Sebagai sumber lisan yang otentik dan mewakili kondisi psikologis zamannya, para pemilik sejarah lisan dalam hal ini para pelaku, pendengar, pelihat, dan pembaca harus ditemui untuk ‘mengeluarkan’ informasi apa yang mereka bawa dari peristiwa yang diteliti rekonstruktor di masa lampau itu.

Oleh karenanya perekonstruktor sejarah tersebut harus mewawancarai pemilik sejarah lisan tersebut. Sehingga suasana psikologis untuk masuk ke dalam peristiwa yang ditelitinya terbangun.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Sejarah Lisan; Metode dan Praktek


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini