Ukraina Desak Warga Sipil Melarikan Diri, Tuduh Rusia Kian Beringas

- 9 April 2022, 18:54 WIB
Ilustrasi korban pembunuhan warga sipil Ukraina.
Ilustrasi korban pembunuhan warga sipil Ukraina. /Reuters/

JENDELA CIANJUR - Keadaan kian genting, Ukraina mendesak warga sipil di wilayah timur Luhansk untuk melarikan diri dari pembantaian Rusia.

Desakan itu dilontarkan pemerintah Ukraina setelah para pejabat mengatakan bahwa ada lebih dari 50 warga sipil tewas dalam serangan rudal Rusia di Donets. wilayah tetangga Luhanks.

Nahasnya, mereka tewas saat mencoba untuk mengungi dengan menggunakan kereta api.

Baca Juga: Usai Bucha, Ukraina Sibuk Bikin Drama Pembantaian Rusia di Irpen Hingga Mayat Tentara Jadi Kambing Hitam

Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai mengatakan, beberapa hari terakhir, penembakan di wilayah Luhansk di Ukraina Timur juga terus meningkat.

Di sisi lain, jumlah pasukan Rusia yang tiba di wilayah itu juga terus bertambah, sehingga membuat lebih banyak orang perlu dievakuasi dari wilayah Luhansk.

Saat ini, menurut Serhiy Gaidai, sekitar 30% penduduk masih tinggal di kota dan desa di seluruh wilayah Luhansk dan telah diminta untuk mengungsi.

Baca Juga: Pelatih Persib Bandung Robert Alberts Tak akan Banyak Merombak Komposisi Pemain Liga1 2022/2023, Strategi?

"Mereka (Rusia) mengumpulkan pasukan untuk melakukan serangan dan kami melihat jumlah penembakan meningkat," kata Gaidai, seperti dilansir Jendela Cianjur dari Reuters, Sabtu, 9 April 2022.

Sementara itu, Presiden Volodymyr Zelenskiy kembali menyerukan "tanggapan global yang tegas" terhadap serangan rudal Rusia Jumat kemarin.

Serangan itu terjadi di sebuah stasiun kereta api yang penuh dengan wanita, anak-anak dan orang tua di Kramatorsk, di wilayah Donetsk.

Baca Juga: Megahnya Jakarta International Stadium, Akan Dijadikan Lokasi Sholat Idul Fitri 2022

Walikota Donets memperkirakan, 4.000 orang berkumpul di sana pada saat itu. Jumlah korban tewas mencapai 52.

Menurut pengakuan Ukraina, Rusia saat ini merencanakan serangan intensif di timur dan selatan negara itu, setelah menarik pasukannya dari daerah di utara ibu kota, Kyiv.

Amerika Serikat juga mengatakan bahwa Moskow mungkin berencana untuk mengerahkan puluhan ribu tentara di Ukraina timur.

Baca Juga: 5 Drama Korea dengan Rating Tinggi Awal April 2022, Ada A Business Proposal dan Twenty Five Twenty One

Namun, Kementerian Pertahanan Rusia membantah bertanggung jawab atas serangan itu.

Rusia mengatakan, rudal yang menghantam stasiun itu hanya digunakan oleh militer Ukraina dan bahwa angkatan bersenjata Rusia tidak memiliki target yang ditetapkan di Kramatorsk pada hari Jumat.

"Semua pernyataan pihak berwenang Ukraina tentang serangan itu adalah provokasi," katanya perwakilan Kementerian Pertahanan Rusia.

Baca Juga: Viral Kamera Nokia Edge 2022 Bisa Foto Singapura dari Batam, Simak Begini Faktanya

Hingga saat ini serangan Rusia ke Ukraina telah berlangsung selama lebih dari enam minggu.

Serangan tersebut telah memaksa lebih dari 4 juta orang melarikan diri ke luar negeri, membunuh atau melukai ribuan, membuat seperempat populasi kehilangan tempat tinggal, dan mengubah kota menjadi puing-puing.

Jumat kemarin, Kremlin mengatakan bahwa "perasi khusus" Rusia di Ukraina itu berakhir di masa mendatang.

Namun, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, menilai, perang bisa berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.***

 

 

 

 

 

Editor: AR Rachmawati

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini