Obat ini diterima otorisasi penggunaan darurat (EUA) di AS dan di Eropa setelah hasil uji coba National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) pada bulan April lalu.
Gilead Sciences selaku produsen remdesivir mengatakan bahwa data laporan itu tampak tidak konsisten, hasilnya terlalu dini dan penelitian lain telah memvalidasi manfaat remdesivir, termasuk percobaan dengan 1.062 pasien.
“Data yang muncul (WHO) tampak tidak konsisten, dengan bukti yang lebih kuat dari beberapa penelitian acak dan terkontrol yang diterbitkan dalam jurnal peer-review yang memvalidasi manfaat klinis remdesivir,” kata Gilead.
Baca Juga: KAMI Riau Deklarasi, Dari Ulama hingga Mantan Gubernur, Ini Sosok 70 Deklaratornya
Perlu ditekankan bahwa studi WHO belum ditinjau sejawat (peer-reviewed) atau dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.***(Julkifli Sinuhaji/Pikiran-Rakyat.com)
Artikel Rekomendasi