Kesalahan Data Sebabkan Kasus Baru Covid-19 di Jabar Naik Drastis, Ridwan Kamil: Itu Kasus Lama

- 28 September 2020, 13:54 WIB
Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil. /Humas Jabar

PR CIANJUR - Peningkatan kasus pada pekan lalu dikarenakan adanya masalah teknis sehingga peningkatan kasus di Jawa Barat (Jabar) terlihat drastis, hal ini ditegaskan Ketua Gugus Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Ridwan Kamil.

Pada pekan lalu, jumlah kasus baru Harian di Jawa Barat dalam satu pekan terkahir ini cenderung meningkat.

Setelah jumlah rata-rata kasus baru 300-an per hari kini jumlahnya melonjak di rata-rata angka 500an kasus baru per harinya.

Baca Juga: Poster Teaser Lagu Utama Dirilis, Ini Bocoran BLACKPINK THE ALBUM

Pihaknya pun berharap pemerintah pusat segera memperbaiki pendataan tersebut agar data yang disajikan sesuai dengan waktu input yang berikan dari daerah.

Merujuk data dari Pikobar dan juga Gugus Tugas pusat, kasus baru Kamis 24 September 2020, terdapat 804 kasus baru di Jabar sehingga angka kumulatif kasus terkonfirmasi positif di Jabar mencapai 19.397 kasus positif.

Sebelumnya pada 23 September 2020 jumlah kasus baru hanya 516, dan pada 22 September 2020 sebanyak 575 kasus baru. Bahkan pada Senin 21 September 2020 tercatat 680 kasus baru di Jabar.

Baca Juga: Sebanyak 77 Orang Pegawai Kejaksaan Negeri Karawang Jalani Tes Narkoba dan Swab

Sementara pada minggu 20 September 2020 lalu tercatat 427 kasus baru, Sabtu 19 September sebanyak 470 kasus dan Jumat 18 September sebanyak 341 kasus.

Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com sebelumnya pada artikel "Kasus Baru Covid-19 di Jabar Terkesan Naik Drastis, Ridwan Kamil: Itu Kasus Lama, Kesalahan Data".

Selain lonjakan kasus baru, Jabar pun menyumbang kasus baru terbanyak kedua setelah DKI Jakarta setelah Jawa Timur sebelumnya tercatat menjadi penyumbang kasus terbanyak kedua setelah DKI.

“Ada kendala teknis yang harus rekan-rekan media pahami dalam 2 minggu terakhir. Kasus Jawa Barat itu 30 sampai 50 persen itu merupakan kasus lama jadi bukan terjadi peningkatan yang drastis.

Baca Juga: Serang Indonesia di PBB, Ini Fakta Vanuatu, Kanibalisme Sampai Menuntut Royalti dari Bungee Jumping

Itu gara-gara kasus lama terinputnya itu banyak kendala sehingga yang dilaporkan harian tidak mencerminkan trend (saat itu),”ucap dia dalam jumpa pers di Gedung Sate, Senin 28 September 2020.

Menurut dia, ternyata server data di pemerintah pusat itu sering ada kendala jadi data yang diinput merupakan data lama dan jumlahnya banyak.

Akan tetapi tertolak server jadi mempengaruhi pada data sebelumnya, sehingga data yang tadinya harusnya masuk itu ditunda lagi di hari-hari berikutnya.

“Misalkan contoh Jawa Barat 700 kasus, itu 300-an yaitu kasus bukan di hari itu tapi di hari beberapa sebelumnya. Nah ini juga kami masih mencari cara bagaimana kita tampilkan selalu yang ditampilkan itu update update harian,”ucap dia

Baca Juga: Monstera alias Janda Bolong Jadi Primadona, Harganya Meroket Tembus Ratusan Juta Rupiah

“Peristiwa-peristiwa inilah yang membuat datanya itu jadi agak kurang ilmiah minggu ini. Jawa barat heboh padahal setengahnya kasus di minggu-minggu sebelumnya.

Hal ini akan saya koordinasikan lewat pak Sekda salah satunya kalau bisa servernya sendiri jangan digabung dengan data-data lain,”kata Ridwan melanjutkan.***(Novianti Nurulliah/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini