Karomahnya terlihat dimana dalam peristiwa saat tentara Belanda akan masuk Kota Solo ketika aksi kolonial kedua atau dikenal sebagai clash ke-2 pada 1948.
Baca Juga: Kisah Seorang Sopir Bernama Muhsin Syafi'i yang Kewaliannya Dibongkar Mbah Hamid Pasuruan
Satu seksi laskar Hizbullah yang terdiri dari 50 orang, berkumpul di Begalon, Panularan. Kyai Ahmad Siroj tiba-tiba datang mengadakan inspeksi.
Seorang anggota laskar Hizbullah bernama Hayyun yang saat itu berusia 25 tahun, tiba-tiba didekatinya lalu dipeluknya seraya berucap “ahlul jannah, ahlul jannah”.
Tak lama kemudian, datang tentara Belanda dengan sejumlah pasukan tank, lewat Pasar Kembang ke arah selatan.
Hayyun maju dengan beraninya sendirian sambil membawa granat nanas, lalu dicabutnya dan melompat sambil melempar granat ke arah tank. Ketika tank meledak, terbakarlah tentara Belanda yang berada di dalam tank juga termasuk Hayyun, si pelempar granat tersebut.
Menurut salah seorang saksi mata, H Abdullah Adnan, veteran pejuang RI eks Laskar Hizbullah dan pasukan “Lawa-Lawa” di bawah komandan Letnan Fathul Rujito yang kini tinggal di Yogyakarta, menuturkan bahwa tahulah kemudian Laskar Hizbullah, teman-teman Hayyun, mengapa beberapa saat sebelumnya Mbah Siroj memeluknya sambil berucap “ahlul jannah... ahlul jannah”. Begitulah, Hayyun gugur sebagai syuhada, patriot bangsa.
Karomah lainnya yang dimiliki Mbah Siroj yaitu, walaupun secara lahiriah belum pernah menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Tetapi banyak orang yang ke tanah suci Mekkah bertemu dengannya di sana.
KH Bulqin Zuhdi, salah seorang murid pertama Kiai Ahmad Siroj yang bermukim di Nglangak, Gemolong, Sragen menceritakan bahwa pada 1937 dirinya menunaikan ibadah haji. Berangkat dengan naik kapal laut bersama 1.960 orang jamaah haji lainnya.
Artikel Rekomendasi