Baca Juga: Ini Kelebihan Gus Dur yang Diungkap Kiai Hanif Ismail
Sehabis makan siang, Kiai Bulqin berkata dalam hati, bila sampai di Mekkah pada hari Jumat waktu subuh, akan dicarinya Mbah Siroj.
Sebab, sering didengarnya dia sering salat subuh di Mekkah pada hari Jumat. Sesaat kemudian, tiba-tiba datanglah Kiai Ahmad Siroj menemuinya di kapal. Ditanyakan antara lain, siapakah syekhnya di tanah suci nanti.
Namun setelah berbincang sejenak, Kiai Ahmad Siroj tidak dilihatnya lagi. Sudah barang tentu, muridnya tersebut merasa keheranan.
Ketika sudah sampai di Mekkah, Kiai Bulqin hendak menjalankan ibadah salat subuh. Kiai Bulqin berpikir lagi tentang kemungkinan-kemungkinan gurunya juga menunaikan salat subuh di Mekkah. Mungkinkah Kiai Ahmad Siroj juga datang seperti kisah yang pernah didengarnya.
Sewaktu berada di dekat Hajar Aswad, tiba-tiba tampak olehnya Mbah Siroj sedang melakukan tawaf, mengelilingi Ka’bah dengan memakai iket (blangkon), berbaju putih, bersarung ‘wulung’ tanpa gamparan.
Diikutinya putaran demi putaran. Pada putaran ke tujuh, Kiai Bulqin hendak menyalami Kiai Siroj namun pada putaran terakhir sang kiai sudah tidak tampak lagi. Meski menyesal tidak dapat bersalaman dengan Mbah Siroj. Kini yakinlah Kiai Bulqin bahwa gurunya memiliki karomah hingga dapat pergi ke Mekkah dengan sekejap.
Selain itu karomah Mbah Siroj adalah mampu berjalan cepat. Hal ini dibuktikan Kiai Shoimuri, putra Kiai Ahmad Siroj saat selesai mengadakan akad nikah dengan Nyai Latifah di daerah Boyolali. Saat itu rombongan Kiai Ahmad Siroj segera berkehendak pulang ke Solo bersama 33 santrinya.
Baca Juga: Zikirkan Hasbunallah Wani'mal Wakil untuk Atasi Masalah Hidup, Doa yang Diajarkan Rasulullah SAW
Artikel Rekomendasi