Asfinawati Bantah Klaim Pemerintah Hargai Aksi Mahasiswa: Dipaksa Tanda Tangan Tidak Akan Aksi Lagi

29 Oktober 2020, 19:07 WIB
Ketua YLBHI Asfinawati. /ANTARA/Zuhdiar Laeis /

PR CIANJUR - Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman menyatakan bahwa pemerintahan Jokowi selalu menghargai aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa.

Oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (BEM UNY) Bayu Septian, hal ini dibantah oleh kenyataan di lapangan yang ia rasakan.

Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati mendukung pernyataan tersebut.

Baca Juga: Perpanjangan GSP untuk Tingkatkan Kemitraan RI-AS Diinginkan Presiden Jokowi

Ia lantas menyebut begitu banyak laporan kekerasan polisi terhadap mahasiswa.

Saking banyaknya, Asfinawati mengaku sudah tidak sanggup lagi melihat video-video tindak kekerasan terhadap mahasiswa yang berunjuk rasa.

"Jadi, saya harus mengaku bersalah. Saya tidak sanggup lagi melihat rekaman video orang yang ditangkap dengan berbagai kekerasan itu," ungkapnya dikutip Pikiran-Rakyat.com dari kanal YouTube Najwa Shihab.

Ia mengatakan tim advokasi selalu mendapatkan bukti-bukti video yang menyertai laporan tindak kekerasan terhadap massa aksi.

Baca Juga: Soal Kebebasan Berpendapat yang Disampaikan Jubir Presiden, BEM UNY: Lagi di Restoran Sudah Diciduk

"Foto udah bengep-bengep, saya sudah hampir enggak kuat lagi melihat itu," kata dia mengomentari banyaknya laporan ini.

Lebih lanjut, Asfinawati menyebut kalau tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan itu bukan hanya dialami satu-dua orang saja.

"Lebih banyak yang dipukul daripada yang tidak dipukul. Baik ketika di kantor polisi, tetapi lebih banyak ketika ditangkap," tuturnya.

Ia pun membenarkan pernyataan Bayu Septian soal penangkapan para mahasiswa sebelum unjuk rasa digelar.

Baca Juga: Retno Marsudi Sampaikan Pada Menlu AS Bahwa Jokowi Ingin Amerika Jadi True Friend of Indonesia

Sebagaimana dikabarkan Pikiran-Rakyat.com, Bayu mengatakan tak sedikit mahasiswa yang sedang makan dan nongkrong, tiba-tiba diciduk oleh pihak kepolisian.

Pernyataan itu bukanlah omong kosong menurut Asfinawati. Bahkan, pihak YLBHI mencatat hingga 11 perlakuan kekerasan terhadap mahasiswa aksi.

"Mulai diancam dicabut beasiswanya, kemudian orang yang ditangkap didatangi oleh polisi, belum lagi di-doxing," ungkapnya.

"Kemudian memaksa tanda tangan tidak akan aksi lagi, dikriminalisasi dengan kasualitas yang aneh," lanjut Asfinawati.

Baca Juga: Rapid Test Disebar ke 54 Titik Ramai Wisatawan Jawa Barat Sesuai Arahan Ridwan Kamil

Selanjutnya, ia menyebut ada pula yang di-framing atau difitnah melakukan kekerasan, seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com pada artikel "Bantah Klaim Pemerintah 'Hargai Aksi Mahasiswa', Asfinawati: Lebih Banyak yang Dipukul".

"Bagaimana melakukan kekerasan, sampai ke tempat aksi saja tidak," tegas Ketua YLBHI itu.

Di sisi lain, organisasi masyarakat alias ormas pun dibenturkan dengan massa aksi sampai mahasiswa yang berdemonstrasi merasa terjepit.

"Jadi, sulit sekali untuk orang-orang yang mengalami itu bisa menerima bahwa tidak ada apa-apa," tutur Asfinawati.

Baca Juga: Inggris Kirim Kapal Perang ke Laut Mediterania Ikuti Prancis untuk Tantang Turki

Ia menuding pemerintah banyak berbicara dan menolak fakta yang terjadi di lapangan.

"Ini adalah penolakan terhadap fakta. Kalau saya begini, tadi zero sum game itu, kalau faktanya saja sudah tidak diakui bagaimana bisa ada perbaikan?" simpul Asfinawati.***(Mahbub Ridhoo Maulaa/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler