Sejarah Pelajar Islam Indonesia (PII), Organisasi Kader Pelajar Muslim Indonesia

- 10 Desember 2020, 15:15 WIB
Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia 2017-2020 berfoto bersama Presiden Jokowi .
Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia 2017-2020 berfoto bersama Presiden Jokowi . /twitter @pb_pii

PR CIANJUR – Organisasi pelajar berlatar belakang Muslim yang sudah matang makan asam garam kehidupan. Dikutip Pikiran Rakyat Cianjur dari laman pbpii dan Djayadi Hanan, Gerakan Pelajar Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara (Studi Kasus Pelajar Islam Indonesia Tahun 1980-1997.

Pelajar Islam Indonesia (PII) lahir di Yogyakarta pada 4 Mei 1947. Motivasi pendirian PII adalah dikotomi hasil pendidikan kolonial (Barat) serta tradisional (pesantren).

Atas dasar itulah maka Yoesdi Ghozali setelah melakukan i’tikaf di Masjid Kauman Yogyakarta berniat mendirikan sebuah wadah bagi para pelajar Islam dari berbagai golongan.

Baca Juga: Begini Cara Mudah Cairkan Bantuan KIP Melalui PIP 2020

Yoesdi Ghazali adalah seorang mahasiswa Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Islam (STI) yang sekarang bernama Universitas Islam Indonesia (UII).

Bersama kawan-kawannya, Anton Timur Jaelani, Amin Syahri, dan Ibrahim Zarkasy akhirnya bertempat di kantor GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) didirikan dan lahirlah PII (Djayadi, 2006).

Lambang PII pertama kali disosialisasikan pada Kongres III di Bandung pada 27-31 Maret 1950.

Lambang ini dibuat oleh Yoesdi Ghozali. Lambang ini terdiri dari gambar bulan-bintang, kubah masjid, tingkatan bangunan, anak tangga, buku, pena, dan kitab, kelopak bunga, pita PII, dan segi tiga.

Baca Juga: Sule Berang pada Teddy yang Seolah Mencecar Harta Gana-gini pada Anak-anak Lina Jubaedah

Intisari makna dari lambang PII ini adalah terwujudnya kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan bagi rakyat Indonesia dan seluruh umat manusia umumnya.

Perjalanan PII yang sudah berumur lebih dari 70 tahun bukan tanpa hambatan. Pada masa Orde Lama PII kerap kali bentrok dengan PKI.

Keduanya merupakan organisasi kader. PII dengan Islamnya, dan PKI dengan Komunisnya.

Djayadi Hanan dalam Gerakan Pelajar Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara (Studi Kasus Pelajar Islam Indonesia Tahun 1980-1997) menuliskan salah satu bentrok itu terjadi di wilayah Kanigoro, Kabupaten Kediri.

Massa PKI membubarkan acara mental training kader PII itu. Selanjutnya mereka melakukan tindakan tidak terpuji pada kitab agama Islam.

Baca Juga: Pantau Quick Count Pilkada Serentak 2020 Melalui 3 Link Ini Jika Website KPU Error

Pertentangan PII berlanjut di masa Orde Baru. Awal mulanya, PII menaruh harapan besar pada transisi kepemimpinan nasional tersebut.

Apalagi pasca peristiwa G-30 S, PII dipercaya oleh ABRI untuk membantu mengondusifkan keamanan.

Selanjutnya PII yang bekerja sama dengan massa dari GP Ansor menghancurkan gedung CC-PKI.

Pasca tahun 1965, PII kembali menghidupkan program GAS (Gerakan Amal Sholeh) yang terkenal dengan slogan “Kembali ke Masjid, Kembali ke Bangku Sekolah, dan Kembali ke Kampung”.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: PBPII Buku Djayadi Hanan


Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini