Ternyata Ini 5 Alasan PGRI Ikut Mundur dari POP Kemendikbud, Susul NU dan Muhammadiyah

- 25 Juli 2020, 13:43 WIB
Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia, Prof Unifah Rosyidi.
Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia, Prof Unifah Rosyidi. /ANTARA/Indriani

PR CIANJUR - Program Organisasi Penggerak (POP) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ternyata tak semulus apa yang sudah direncanakan.

Jumlah partisipan yang mengundurkan diri kini semakin bertambah. Sebelumnya, Organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah telah lebih dahulu memutuskan untuk mengundurkan diri dari tahapan POP.

Adapun alasan kedua organisasi tersebut keluar lantaran program yang memiliki anggaran Rp 657 miliar per tahun tersebut dinilai banyak permasalahan di dalamnya.

Baca Juga: Siswa Alami Stres hingga Putus Sekolah Akibat PJJ, KPAI: Sekolah Jangan Bertindak Semaunya

Menyusul keputusan NU dan Muhammadiyah, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pun menyatakan bahwa pihaknya tidak akan bergabung dalam POP tersebut.

Dikutip Pikiranrakyat-Cianjur.com dari RRI, salah satu alasan PGRI mundur dari program kementerian yang dipimpin Nadiem Makarim itu lantaran kriteria pemilihan dan penetapan peserta POP tidak jelas.

Kabar mundurnya PGRI dari menjadi POP, disampaikan oleh Ketua Umum PB PGRI, Unifah Rosyidi di Jakarta, pada Jumat, 24 Juli 2020.

"PGRI memandang bahwa perlunya prioritas program yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja guru melalui penataan pengembangan dan mekanisme keprofesian guru berkelanjutan (Continuing Professional Development)," ujar Rosyidi.

Selain itu, ada lima poin yang disampaikan terkait pengunduran diri PGRI dari POP, yakni sebagai berikut.

Baca Juga: Fakta Lain Kematian Editor Metro TV, Polisi Sebut Urine Yodi Prabowo Positif Amfetamin

Halaman:

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: RRI


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x