Soal Kebebasan Berpendapat yang Disampaikan Jubir Presiden, BEM UNY: Lagi di Restoran Sudah Diciduk

- 29 Oktober 2020, 18:42 WIB
JURU Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman dan Ketua BEM UNY Bayu Septian.*
JURU Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman dan Ketua BEM UNY Bayu Septian.* /Kolase instagram/fadjroelrachman dan tangkapan layar YouTube

PR CIANJUR - Mahasiswa masih terus menggelar demonstrasi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja hingga hampir sebulan penuh.

Pemerintah menurut Juru Bicara Kepresidenan Fadjroel Rachman, diklaim selalu menghargai kebebasan berpendapat dan berdemonstrasi seperti yang dilakukan oleh mahasiswa selama ini.

Ucapan tersebut ditampik Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Yogyakarta (BEM UNY) Bayu Septian.

Baca Juga: Retno Marsudi Sampaikan Pada Menlu AS Bahwa Jokowi Ingin Amerika Jadi True Friend of Indonesia

Karena menurutnya, yang terjadi adalah kenyataan pencidukan para pendemo oleh pihak kepolisian.

Sebelum jauh menanggapi aksi yang terus menerus dilakukan mahasiswa, Fadjroel terlebih dahulu bernostalgia.

"Mataku berkaca-kaca mendengar mahasiswa berbicara tadi karena mengingat di masa rezim Soeharto Orde Baru saya divonis 3 tahun dibuang ke Nusa Kambangan," tuturnya dikutip Pikiran-Rakyat.com dari kanal YouTube Najwa Shihab.

Ia pun menyebut bahwa demokrasi yang kini dinikmati oleh mahasiswa adalah hasil perjuangan dirinya bersama para aktivis di masa lampau.

Baca Juga: Rapid Test Disebar ke 54 Titik Ramai Wisatawan Jawa Barat Sesuai Arahan Ridwan Kamil

Selanjutnya, Fadjroel mengatakan 'Istana tegak lurus dengan demokrasi'. Maksudnya, mereka menghargai kebebasan berpendapat.

Namun, ia menyatakan kalau unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa itu ada batasnya.

"Sepanjang mereka tidak melakukan pelanggaran hukum, itu adalah hak mereka untuk menyatakan pendapat dan untuk berunjuk rasa," tegasnya.

"Jadi, tidak masalah terhadap apa yang mereka sampaikan. Hak mereka dilindungi undang-undang dasar," imbuh Fadjroel.

Selain itu, ia juga mengatakan kalau Presiden Jokowi sangat ingin menemui mahasiswa jika berkesempatan.

Baca Juga: Inggris Kirim Kapal Perang ke Laut Mediterania Ikuti Prancis untuk Tantang Turki

Sayangnya, semua klaim yang keluar dari mulut sang Jubir Presiden dibantah oleh Bayu Septian dan BEM UNY.

Koordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia (Korpus BEM SI) itu mengungkap kenyataan di lapangan tidak seperti apa yang dituturkan Fadjroel.

"Bagaimana dengan kondisi di lapangan yang represivitasnya itu dimana-mana? Seolah-olah semua sektor sudah dikondisikan," ungkap Bayu.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa banyak mahasiswa yang belum melaksanakan aksi malah sudah ditangkapi, sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com pada artikel "Bantah Ucapan Jubir Presiden soal Kebebasan Berpendapat, BEM UNY: Kami Belum Aksi Sudah Diciduk".

Baca Juga: Usai Bencana Topan Molave Mengepung Vietnam, 16 Jasad Ditarik dari Lumpur

"Bahkan sebelum aksi, kawan-kawan yang lagi makan, lagi di restoran dan seterusnya, atau mungkin lagi nongkrong, itu diciduk untuk bisa diamankan," tutur Bayu.

Ketua BEM UNY itu juga mempertanyakan klaim Fadjroel kalau pemerintah 'akan mempelajari terus apa yang disampaikan mahasiswa'.

"Pertanyaan kita adalah butuh seberapa banyak lagi gerakan-gerakan yang dilakukan mahasiswa dan butuh seberapa besar lagi gerakan mahasiswa atau berbagai macam elemen untuk bisa dipelajari pemerintah," ujarnya.

Ia menyebut kalau Presiden Jokowi tidak pernah bisa ditemui massa aksi sepanjang kepemimpinannya. Selalu disodorkan untuk bertemu anggota-anggota Staf Kepresidenan.

Baca Juga: Kedatangan Menlu AS Mike Pompeo Diterima Presiden Jokowi dan Dijadwalkan Bertemu NU

"Kita menolak sama sekali. Kita ingin bertemu dengan presiden kita yang kita pilih! Kita memiliki hak pilih untuk memilih presiden. Yang kita pilih tuh bukan KSP-nya!" tegas Bayu.***(Mahbub Ridhoo Maulaa/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini