Pendapat Wadirut Bank Mandiri Ihwal Imbas Pandemi Covid-19 Pada Industri Keuangan

24 September 2020, 16:13 WIB
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Hery Gunardi. /ANTARA/Sugiharto Purnama

PR CIANJUR - Dampak dari pandemi Covid-19 terhadap industri keuangan begitu terasa, pendapat tersebut datang dari Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Hery Gunardi.

Disampaikan Kamis, 24 September 2020 dalam acara Media Gathering Virtual Economic Outlook Triwulan III/ 2020.

"Pertumbuhan kredit perbankan melambat. Berdasarkan informasi dari OJK, kredit perbankan melambat tajam hanya tumbuh sekitar 1,04 persen secara tahunan di bulan Agustus 2020 ini," ungkapnya.

Baca Juga: Tilikan Sengit Soal Rapid Test, dr Tirta: Pembelian Rapid Harus Diaudit! Berani enggak?

Hery mengatakan, penurunan dari sisi permintaan adalah faktor utama yang menyebabkan perlambatan itu. Sebagaimana diberitkan Pikiran-Rakyat.com sebelumnya pada artikel "Wadirut Bank Mandiri Ungkap Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Industri Keuangan".

"Kita paham bahwa saat ini tidak mudah bagi pelaku usaha untuk sektor produksinya karena dampak dari PSBB yang membatasi pergerakan manusia," tutur Hery.

Namun, Hery mengatakan, di sisi lain pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) meningkat.

"DPK meningkat sekitar 11,6 persen. Sejalan dengan sikap hati-hati dari pemilik dana," sebutnya.

Baca Juga: Akan Dirilis Oktober, Tiongkok Jamin Indonesia Terima 30 Juta Vaksin Covid-19 yang Diuji di Bandung

Dalam pemaparannya, Hery juga menerangkan soal kecenderungan pelaku usaha yang lebih suka memegang uang tunai (cash) saat masa krisis.

"Karena dalam kondisi krisis ini ada fenomena pemilik dana lebih senang pegang cash. Mereka menunggu sampai kondisi membaik," kata Hery.

Pandemi COVID-19 juga membuat sektor perbankan melakukan restrukturisasi.

"Perbankan mulai dari bulan Maret tahun ini sarat dengan pekerjaan terkait restrukturisasi," ucapnya.

Baca Juga: Disebut Suka 'Pegang' Kerjaan Menteri Lain, Luhut: Presepsi Silahkan Saja

"Bank Mandiri sendiri sudah hampir merestrukturisasi sekitar Rp120 triliun. Dari sisi jumlah debiturnya mungkin lebih dari 500.000," kata Hery.

Hery menerangkan, untuk soal likuiditas perbankan masih terjaga dengan baik sejauh ini.

"Karena itu ditopang dengan kebijakan penurun suku bunga Bank Indonesia. Jadi BI sudah banyak sekali menerapkan berbagai kebijakan yang sifatnya untuk memberikan likuiditas," ucapnya.***(Rio Rizky Pangestu/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler