Identitas Bangsa Indonesia yang Bermula Dari Makanan Sehari-hari

- 7 Desember 2020, 08:00 WIB
Ilustrasi makanan.
Ilustrasi makanan. /Pixabay/

PR CIANJUR – Makanan bukan hanya urusan semata, namun menjadi identitas suatu bangsa. Bukan urusan usus semata, namun juga martabat sebuah bangsa. Dikutip Pikiran Rakyat Cianjur dari Fadly Rahman, Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, Rijstaffel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942.

Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia yang ditulis oleh sejarawan kuliner Fadly Rahman mendedah secara panjang lebar proses historis terbentuknya makanan Indonesia yang banyak kita jumpai saat ini.

Pendedahan buku tentang sejarah makanan Indonesia yang ternyata memiliki proses panjang tersebut menampilkan aspek-aspek kuliner, budaya, politik, dan historis tentunya.

Baca Juga: Filosofi Noken Papua yang Mendunia, Tas Rajut Papua yang Memiliki Banyak Makna

Makanan tak lagi menjadi urusan perut semata. Melainkan menjadi identitas sebuah bangsa.

Fadly Rahman dalam bukunya Rijstaffel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942 menuturkan bahwa makanan Indonesia tak bisa dilepaskan begitu saja dari pengaruh bangsa-bangsa asing yang berlalu lalang di negeri kepulauan ini.

Khususnya orang Eropa. Eropa disini diwakili oleh Belanda sebagai kolonialis Indonesia telah turut serta membantu sebuah paduan budaya Barat dan pribumi yang kelak lebih dikenal dengan sebutan kebudayaan India.

Salah satunya budaya makan yang bernama rijstaffel (Inggris: rice-table).

Baca Juga: Perempuan Masa Kini, Mau Maju dan Berusaha Keras Menyejahterakan Sesama Manusia

Sajian makanan pribumi khususnya nasi yang bersanding secara mewah dengan berbagai macam makanan khas Barat.

Makanan-makanan yang kita kenal sekarang contohnya seperti kari, gulai sebenarnya adalah hasil dari pengaruh makanan khas dari India dan Arab.

Kuliner daratan Tionghoa pun tak luput membentuk wajah kuliner Indonesia masa kini.

Bakso, siomay, kwetiauw, nasi goreng, capcay, cuanki, adalah beberapa makanan khas Tionghoa yang sudah membumi di Indonesia ini.

Baca Juga: Fadli Zon Curiga Atas Hilangnya Akun YouTube FPI: Seperti Biasa Ada 'Tangan Tak Terlihat'

Perkedel, bistik, adalah contoh lain makanan Indonesia yang terpengaruh dari kuliner khas Barat.

Berkelindannya berbagai macam kuliner hasil budaya bangsa lain dalam makanan Indonesia masa kini sejatinya merupakan sebuah proses sejarah yang panjang (longue duree).

Kuliner Indonesia bisa dikatakan cukup kaya ragamnya.

Pertautan budaya Barat, Arab, Tionghoa dan tentu saja pribumi dalam makanan Indonesia sudah sepatutnya menjadi identitas nasional kita.

Baca Juga: Jauh Sebelum OTT KPK, Mensos Tahu Derita Masyarakat Indonesia Karena Covid-19, Juliari: Aduh Susah

Tak lagi menyandarkan makanan pada rasa etno-nasionalisme.

Tetapi pada rasa nasionalisme itu sendiri. Seperti yang diungkapkan Jean Anthelme Brillat-Savarin (dalam Rahman 2016: 283) bahwa “takdir setiap bangsa bergantung dari apa yang mereka makan”.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Buku Fadly Rahman


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x