Dari RUU Agama hingga Komentar Soal Islam, Ini 6 Kontroversi Presiden Prancis Emmanuel Macron

27 Oktober 2020, 11:22 WIB
Emmanuel Macron. /france24.com/

PR CIANJUR - Belum lama ini sorotan dunia mengarah pada Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Usai adanya pemenggalan seorang guru sejarah di Prancis karena menampilkan karikatur Nabi Muhammad SAW kepada para muridnya, ia memberikan komentar pribadi.

Dinilai Macron bahwa guru tersebut sebenarnya mengajarkan kebebasan berekspresi dan kepercayaan.

Baca Juga: Daya Tahan Keluarga Rentan di Masa Pandemi, Maraknya PHK Memicu Tindakan KDRT

Akibatnya, tak sedikit negara yang kemudian menyerukan agar berbagai produk asal Prancis diboikot sebagai bentuk kecaman.

Bahkan terdapat peretasan besar-besaran terhadap laman asal Prancis sehingga para ahli turun tangan untuk mengatasinya.

Selain pernyataan Emmanuel Macron terkait Islam yang mendapat perhatian dari sejumlah pihak, berikut ini 6 kasus kontroversial lain yang pernah dihadapi oleh sang Presiden.

Baca Juga: Vaksin AstraZeneca Berikan Dampak pada Remaja dan Orang Dewasa, Hasilkan Imun Kepada Pasien Positif

1. Emmanuel Macron Diduga Ingin Mereformasi Islam

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Washington Post, sebuah serangan terjadi di Conflans-Sainte-Honorine atau pinggiran kota Paris.

Korban adalah seorang guru sejarah Sekolah Menengah atau setara dengan SMA, Samuel Paty, yang kepalanya dipenggal oleh pelaku. Sebelumnya ia menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada para siswa.

Kini total 260 orang tewas di Prancis sejak 2012 lalu dengan pelaku yang mengatasnamakan Islam.

Seperti seorang pendeta, Jacques Hamel (85) yang tenggorokannya disayat pada 2016 lalu di desa Saint-Etienne-du-Rouvray, Prancis.

Usai serangan bertahun-tahun dengan kasus serupa, Presiden Emmanuel Macron memutuskan bahwa ia akan mereformasi praktik Islam di Prancis.

Baca Juga: Mandalika Racing Team Ikut MotoGP 2021, Dapat Dukungan dari 5 BUMN, Turun Moto2 dan Moto3

Proposal itu disebut akan membatasi dana yang diterima komunitas Muslim di luar neger dan membuat program sertifikat untuk para imam Masjid di Prancis.

Menurut Kementerian Dalam Negeri Prancis, ada sebanyak 50 asosiasi Muslim Prancis yang diduga akan dibubarkan.

Agama Islam di Prancis sendiri merupakan kedua terbesar yang dipeluk oleh masyarakatnya.

Sehingga aturan tersebut mengundang kritikan dari cukup banyak pihak, sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com pada artikel "6 Kontroversi Presiden Prancis Emmanuel Macron: dari RUU Agama hingga Komentar Soal Islam".

2. Sebut Islam 'dalam Krisis'

Presiden Emmanuel Macron telah mengumumkan untuk membela nilai-nilai sekuler Prancis terhadap apa yang disebutnya sebagai 'radikalisme Islam'.

Baca Juga: Pendapatan Bersih Anjlok Hingga 70%, Sektor Otomotif Grup Astra Babak Belur

Berdasarkan laporan dari laman Aljazeera, ia mengatakan pula bahwa Islam tengah berada dalam krisis di seluruh dunia pada Jumat, 23 Oktober 2020.

"Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini, kami tidak hanya melihat ini di negara kami," ujarnya.

Pernyataannya kemudian memicu reaksi dari para aktivis muslim, khususnya saat Macron akan mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) pada Desember 2020 mendatang.

RUU tersebut dikeluarkan untuk memperkuat Undang-Undang 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Undang-Undang tersebut nantinya dapat mengizinkan setiap orang menganut agama apapun namun nilai keagamaan di sekolah dan layanan publik diduga akan dilarang.

Baca Juga: Jika Sudah Dinyatakan Bersalah pada Kasus Djoko Tjandra, PTDH Akan Dilakukan Kepada Jaksa Pinangki

3. Erdogan Singgung Kesehatan Mental Emmanuel Macron

Prancis memanggil Duta Besarnya untuk Turki setelah Presiden negara itu, Recep Tayyip Erdogan mempertanyakan kesehatan mental Presiden Emmanuel Macron.

Tak hanya itu, Erdogan pun mengkritik sikap Presiden Prancis terhadap Islam dan Muslim di negarnaya seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Euro News.

"Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Islam dan Muslim? Apa lagi yang bisa dikatakan kepada kepala negara yang tidak memahami kebebasan berkeyakinan dan yang berperilaku seperti ini kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya yang merupakan anggota dari agama yang berbeda?," ujarnya di Kayseri, Anatolia.

Namun Emmanuel Macron menganggap bahwa Erdogan tak berbelasungkawa terhadap guru sejarah Prancis yang meninggal dunia karena menjadi korban pemenggalan kepala.

Baca Juga: Karena Covid-19, Menaker Sebut Upah Minimum 2021 Tidak Naik

4. Sempat 'Bermasalah' dengan Kaum Wanita

Berdasarkan laporan dari laman Politicio, Presiden Prancis Emmanuel Macron sempat diprotes oleh aktivis feminis tepat setelah ia mengumumkan para menteri yang menjabat dalam pemerintahannya.

Ia diprotes karena Menteri Dalam Negeri Geral Darmanin yang baru diangkatnya dituding telah melakukan pemerkosaan kepada seorang hakim pada 2009 lalu.

Hakim wanita tersebut pun ikut membuka suara bahwa ia diminta bungkam atas kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh Darmanin.

Meski Darmanin menolak tuduhan itu, namun kasusnya mempengaruhi pula kepercayaan publik terhadap Emmanuel Macron yang diduga tak dapat mengatasi persoalan itu.

Baca Juga: Kereta Tipe Priority Ditambah karena Penumpang Melonjak Pada Libur Panjang Oktober 2020

5. Mengaku Salah pada Skandal Benalla

Kepala Keamanan Istana Elysee sekaligus Pengawal Pribadi Presiden Emmanuel Macron, Alexandre BEnalla (28) diketahui memukului pengujuk rasa May Day.

Kasus itu kemudian cukup ramai dibincangkan oleh berbagai pihak, bahkan sang Presiden yang pada awalnya tutup mulut akhirnya turut memberi komentar.

Ia menilai bahwa sikap Benalla merupakan 'pengkhianatan' karena ia sebenarnya telah mengawal Macron sejak Pemilu Pilpres Prancis.

Kasus itu kembali hangat dibincangkan usai adanya pernyataan dari Benalla yang mengaku bahwa ia melakukan komunikasi dengan Presiden Prancis dan anggota pemerintah lainnya melalui aplikasi Telegram.

Baca Juga: Ridwan Kamil Tepis Pertemuannya dengan Ganjar Pranowo Bahas Pencalonan Pilpres 2024

6. Dikecam Usai Komentari Kasus Pemenggalan Guru Prancis

Tersangka pemenggalan guru Prancis berhasil ditembak dan dibunuh oleh polisi setempat.

Terkait dengan itu, Macron mengecam serangan itu dan menyebutnya sebagai 'serangan teroris Islam' dan mendesak rakyatnya untuk bersatu melawan ekstremisme.

Hasil investigasi menunjukkan bahwa tersangka penyerangan yang diidentifikasi sebagai pemuda imigran berusia 18 tahun asal Chechnya telah mengumumkan rencana pembunuhannya melalui akun Twitter pribadi.

"Kepada Macron, pemimpin kaum kafir, saya mengeksekusi salah satu hellhound Anda yang berani meremehkan Muhammad," tulisnya.

Meski begitu, sikap Emmanuel Macron dinilai dapat memecah belah persatuan dan islamophobia di Prancis dan dunia sehingga ia dikecam.***(Farida Al-Qodariah/Pikiran-Rakyat.com)

 

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler