Wiku Adisasmito: Jangan Seperti yang Sudah Lewat, Libur Panjang Picu Peningkatan Kasus Covid-19

27 Oktober 2020, 21:20 WIB
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito. /Foto: Dok. BNPB/

PR CIANJUR - Libur panjang berpotensi meningkatkan kasus infeksi Covid-19.

Terlebih bila mengingat kesadaran penerapan protokol kesehatan di luar Jabodetabek dinilai masih rendah.

Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, terdapat pengalaman di mana libur panjang pada tahun ini memicu peningkatan kasus infeksi Covid-19.

Baca Juga: Wakil Presiden Ma'ruf Amin Beberkan Langkah Pemerintah Merger Tiga Bank Syariah

Tercatat ada beberapa liburan panjang yang berkaitan dengan aktivitas budaya dan keagamaan mulai dari pertengahan tahun, seperti lebaran (Mei), Idul Adha (Juli) dan HUT RI (Agustus).

Menurut Wiku, libur panjang tersebut telah berkontribusi kepada peningkatan kasus Covid-19. Ia mencontohkan libur panjang di bulan Agustus yang kemudian memberikan dampak kenaikan cukup besar pada kasus infeksi Covid-19 di bulan September.

"Menurut beberapa pengalaman dari liburan panjang, kasus-kasusnya memang beberapa minggu kemudian, 10-14 hari kemudian, angkanya naik," katanya, Selasa 27 Oktober 2020.

Ia mengimbau masyarakat supaya berada di rumah selama liburan panjang. Beraktivitas di rumah adalah yang paling aman di masa pandemi.

Baca Juga: Jawa Barat Butuh 36 Juta Dosis Vaksin Covid-19, Pemerintah Siap Vaksinasi Masyarakat Secara Massal

Namun apabila terpaksa bepergian, harus melakukan screening terlebih dahulu supaya meminimalisir risiko penularan.

"Jangan sampai kita membawa penyakit dari tempat lain ke kediaman kita. Semua orang harus betul-betul waspada, menjaga masyarakatnya agar tidak tertular," katanya.

Ia mengharapkan masyarakat bisa belajar dari pengalaman-pengalaman terdahulu terkait libur panjang di masa pandemi Covid-19. Masyarakat diimbaunya untuk tetap membiasakan diri menerapkan 3M (mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak).

"Kami berharap jangan sampai terjadi lagi keadaan seperti itu (peningkatan kasus infeksi Covid-19, red). Betul-betul liburan kita harus aman.

Baca Juga: BEM SI Rencanakan Aksi Kembali Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, Agendanya Tolak UU Cipta Kerja

Di rumah adalah tempat yang paling aman. Kalau sampai harus keluar, pastikan itu adalah liburan yang aman, nyaman, tanpa kerumunan," tuturnya.

Rektor Institut Pertanian Bogor Ari Satria menilai, suasana Covid-19 lebih banyak terasa di Jabodetabek, seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com pada artikrl "Dari Pengalaman Libur Panjang Picu Peningkatan Kasus Covid-19, Wiku: Jangan Sampai Terulang Kembali!".

Sementara di luar itu, tidak terasa. Artinya, kesadaran masyarakat mengenai penerapan protokol kesehatan dan lainnya terkait Covid-19 masih lemah.

Hal tersebut dikatakannya dengan merujuk kepada pengalamannya balik ke kampung halamannya di Pekalongan pada minggu lalu. Di sana, katanya, kesadaran masyarakat menggunakan masker terbilang parah sekali. Selain itu, Ari juga memiliki pengalaman sebagai penyintas Covid-19.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Siap Ambil Tindakan Tegas bagi Pengelola Wisata yang Bandel Jelang Libur Panjang

Oleh sebab itu, Ari mengatakan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, perlu gerakan sosial yang luar biasa. Tidak bisa hanya mengandalkan kampanye yang berasal dari pemerintah maupun media.

"Masyarakat harus dijadikan juga penggerak. Lalu, perlu keteladanan tokoh, baik itu bupati atau wali kota. Campaign tidak hanya melalui media, tapi juga menunjukkan keseharian seperti apa. Ini level keteladanan di level lokal. Kalau di Jabodetabek, saya melihatnya sudah aware," katanya.***(Muhammad Ashari/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler