Ketua PERALMUNI Meminta Proses Vaksinasi Jangan Tergesa-gesa Demi Keamanan Bersama

28 Oktober 2020, 12:06 WIB
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu, 12 Agustus 2020. /Antara

PR CIANJUR - Sebanyak 1.620 orang relawan tengah diuji vaksin virus corona baru (Covid-19) di indonesia.

Hingga kini, tahap pengujian vaksin virus corona Merah Putih tersebut dinilai telah mencapai 50 persen.

Rencananya vaksin ini siap disuntikkan kepada penduduk Indonesia pada April 2021 mendatang.

Baca Juga: Pemerintah Jepang Bakal Gratiskan Vaksin Covid-19, Kerja Sama dengan AstraZeneca

Meski perkembangan tersebut dilaporkan cukup baik, namun Ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PERALMUNI), Prof. dr. Iris Rengganis meminta agar proses vaksinasi tak perlu tergesa-gesa demi keamanan bersama.

Pernyataan itu ia ungkap pula dalam akun Youtube Indonesia Lawyers Club pada 27 Oktober 2020 seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com.

Dalam kesempatannya, Iris mengatakan bahwa vaksin merupakan herd immunity atau perlindungan kelompok secara buatan.

"Jadi kalau kita bicara herd immunity jadi itu adalah kekebalan kelompok. Artinya satu kekebalan kelompok bisa ke semua tapi sekarang yang ada dibagi dua ada herd immunity alamiah dan herd immunity buatan," ujarnya.

Baca Juga: LAPAN Gelontorkan Dana Rp340 Miliar, Kembangkan Teknologi Pelacak 'Alien'

Sebelum vaksin rampung, ia menyatakan pula bahwa perlindungan yang tengah 'dipakai' oleh penduduk saat ini berasal dari herd immunity alamiah.

"Yang buatan itulah melalui vaksinasi, yang kita hadapi saat ini adalah herd immunity secara alamiah yang artinya yang kuat-kuat yang tidak sakit tapi yang lemah sakit bahkan bisa meninggal, itu herd immunity alamiah," jelasnya.

Meski nantinya vaksin dapat disuntikkan namun bukan berarti protokol kesehatan yang selama ini digaungkan diabaikan oleh masyarakat begitu saja.

Sebab, lanjutnya, vaksin virus corona tak dapat sekaligus dibuat sehingga vaksinasi akan dilakukan bertahap, sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com pada artikel "Ungkap Cara Kerja Vaksin Merah Putih Covid-19, Ketua PERALMUNI: Jangan Tergesa-gesa".

Baca Juga: TikTok akan Pekerjakan 3.000 Insinyur di Eropa, Kanada, dan Singapura

"Adanya herd immunity buatan itu minimal sampai 70 persen diharapkan ada kekebalan jadi kalau untuk bangsa kita yang hampir 300 juta (penduduk, red), itu artinya berapa tahun harus dilakukan vaksinasi apalagi ini dua dosis," tambahnya.

Prof. dr. Iris pun mengungkap cara kerja vaksin virus corona dalam tubuh seseorang.

Ia mengatakan bahwa sebenarnya antibodi sebagai efek dari vaksin Merah Putih dapat terbentuk dari seluruh bagian virus.

"Memang ini vaksin yang dimatikan, diaktivasi tetapi diambil seluruh virusnya. Jadi artinya antibodi juga akan terbentuk dari seluruh bagian virus itu. Ini adalah kelebihannya dari segi imunologi cuma karena dia vaksin mati jadi untuk meningkatkan imugenesitasnya tadi ditambah beberapa bahan selain pengawet segala macem," ujarnya.

Baca Juga: Ciamis Masuk Peringkat 16 Indeks Bencana Nasional, Ratusan Rumah Direndam Banjir

Selain itu, adapula bahan dalam vaksin berupa Ajuvan yakni senyawa yang berfungsi untuk meningkatkan antibodi.

"Tapi ada yang namanya ajuvan untuk meningkatkan antibodi kerja vaksin supaya dia bisa bekerja lebih baik dan bertahan lama antibodinya, itu yang diharapkan. Antibodi yang terbentuk itu juga tidak sembarangan, namanya neutralizing antibodi, itu sudah ada cara pemeriksaannya," ujarnya.

Proses vaksin hingga mampu meningkatkan antibodi dalam tubuh manusia, menurut Iris memerlukan waktu yang cukup panjang.

"Akan diikuti lagi tiga bulan efek sampingnya ada atau tidak dan enam bulan dilihat apakah antibodinya menurun atau naik di bulan itu dan diikuti terus sampai setahun apakah vaksin itu perlu diulang atau tidak," tuturnya.

Baca Juga: Disebut Sudah Muak dengan Berita Hoaks Donald Trump, Hacker Retas Situs Kampanye Presiden

Iris berharap agar pemerintah tak tergesa-gesa menerapkan vaksin kepada penduduk Indonesia sebelum teruji aman.

"Kami dari imunologi sih jangan tergesa-gesa karena keamanan vaksin lebih penting. Kalau kita lihat uji fase satu aja hanya 10-100 orang gak banyak dan itu pun untuk dewasa muda yang sehat," tambahnya.

Ia mengungkap pula alasan pemilihan relawan yang memiliki rentang usia 19-59 tahun saat ini.

"Karena di dunia vaksinasi 0-18 itu dihitung anak walaupun usia 15 tahun sudah menstruasi dan sudah punyak anak. Tapi dilihat masa pertumbuhan tulang itu berhenti di 18 tahun," tambahnya.

Sedangkan usia 59 tahun ke atas dianggap sebagai orang lanjut usia yang memiliki daya tubuh menurun sehingga pengujian vaksin tidak akan efektif.

Baca Juga: Habib Bahar bin Smith Minta Perlindungan Komisi III DPR Usai Dirinya Ditetapkan Sebagai Tersangka

"Karena 60 menurut Indonesia itu lanjut usia jadi pada anak-anak dianggap sistem imunnya itu masih berkembang sedangkan pada orangtua lansia sudah menurun. Jadi kita sulit menilai sistem imun yang sebaik-baiknya kalau sampelnya kecil," ujarnya.

Ia mengingatkan, keamanan masyarakat Indonesia patut diperhatikan sehingga vaksin yang aman pun harus melalui pengujian pasti.

"Jangan tergesa-gesa kita tunggu hasilnya karena kita mau hasil terbaik dan keamanan untuk semua masyarakat Indonesia," pungkasnya.***(Farida Al-Qodariah/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler