Setelah Pencak Silat, Pantun Dinobatkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

- 19 Desember 2020, 15:10 WIB
Ilustrasi pantun.
Ilustrasi pantun. /ClarissaBell/pixabay/ClarissaBell

PR CIANJUR – Direktur Jenderal Kebudayaan (Dirjen Kebudayaan) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid menyatakan pantun sangat penting dalam membentuk karakter siswa.

“Setelah ditetapkan Unesco sebagai Warisan Budaya Tak Benda, kami ingin pantun semakin dikenal dan digunakan masyarakat. Terutama siswa, karena pantun penting untuk penguatan karakter siswa,” kata Hilmar Farid, Jumat 18 Desember 2020.

UNESCO sendiri menetapkan pantun sebagai Warisan Budaya Tak Benda di tanggal 17 Desember 2020.

Baca Juga: 10 Film yang Disebut Layak Masuk Nominasi Oscar, Simak Daftarnya Berikut Ini

Penobatan tersebut terjadi pada acara Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage sesi ke-15.

Dilansir Pikiran Rakyat Cianjur dari Antara, pantun ini diajukan sebagai nominasi budaya tak benda ke Unesco oleh Indonesia dan Malaysia.

Pantun menjadi tradisi budaya Indonesia kesebelas yang diakui oleh UNESCO.

Seperti diketahui sebelumnya, Pencak Silat diakui sebagai warisan budaya tak benda tahun lalu tepatnya tanggal 12 Desember 2019.

Intangible Cultural Heritage Committee Unesco menilai pantun penting bagi masyarakat bukan hanya sebagai alat komunikasi sosial semata.

Baca Juga: Gal Gadot Buka Suara Terkait Film Justice League, Ada ‘Masalah’ yang Tidak Diketahui Publik

Namun, pantun juga kaya akan nilai-nilai moral.

Inti daripada pantun umumnya mengungkapkan keseimbangan dan hubungan harmoni antar manusia, maupun manusia dan alam.

Keberhasilan menjadikan pantun masuk dalam warisan budaya dunia tak benda UNESCO tidak terlepas dari peran aktif semua pihak.

Berbagai komunitas pantun terkenal diantaranya Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), Lembaga Adat Melayu, Komunitas Joget Dangdung Morro, dan Komunitas Joget Dangdung Sungai Enam.

Baca Juga: Pembangunan Berkelanjutan Harus Terus Didorong, Jokowi Minta Seluruh Elemen Terlibat

Selanjutnya ada Komunitas Gazal Pulau Penyengat, Sanggar Teater Warisan Mak Yong Kampung Kijang Keke, Universitas Maritim Raja Ali Haji, dan dua orang maestro pantun Indonesia, HM Ali Achmad, dan OK Nizamil Jamil.

Hilmar Farid melanjutkan pelestarian pantun di kalangan anak sekolah ada di mata pelajaran Bahasa Indonesia.

“Namun belum mendapatkan sorotan. Kami ingin ke depan dengan penetapan Unesco ini, pantun semakin ditonjolkan,” ucap Hilmar Farid.

Menurut Hilmar Farid, pantun bukan hanya media berekspresi semata, namun juga media berlatih anak-anak untuk berkreasi dalam kata.

Baca Juga: Tahun 2020 Akan Berakhir, Mendes PDTT Minta Kedes Maksimalkan Penggunaan Dana Desa

Hilmar berharap para guru bisa terus mempopulerkan pantun di kalangan siswanya.

“Bikin aja dulu, nanti juga pelan-pelan akan menjadi kebiasaan. Jika nanti menjadi pergaulan akan semakin indah,” ujar Hilmar Farid.

Hilmar secara pribadi berharap bahwa pantun bisa menjadi bagian dari pergaulan sehari-hari.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini