Alissa Wahid sendiri mengutuk keras aksi terorisme yang akhir-akhir ini terjadi di bumi pertiwi.
“Tetapi kita tidak bisa mengingkari bahwa teroris di Makassar ini dia tidak beragama Islam. Karena si pelaku ini mengakui dirinya Islam. Tetapi tafsir yang dia lakukan pada ajaran Islam itulah yang salah,” ujar Alissa Wahid yang berhasil menggondol gelar Magister Psikologi (M. Psi) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Alissa Wahid menegaskan harus dibedakan secara tegas antara Islam sebagai agama, dan terorisme yang menggunakan tafsiran salah atas nama Islam.
Hal ini menurutnya, tidak asal saja seseorang berani menjadi ‘pengantin bom’, namun, ada proses pengenalan dan pelekatan nilai baru kepada diri si pelaku tersebut. Terutama dari paham radikalisme.
Salah satu contohnya adalah surat wasiat ZA, pelaku teror di Mabes Polri. Dalam suratnya itu, ZA meminta keluarganya untuk menjauhi musuh agama, dan hidup daam naungan ‘jalan Tuhan’.
“Bahwa di luar agama saya, keyakinan saya, dan golongan saya itu adalah musuh. Lalu nanti naik ke penerimaan terhadap tindakan kekerasan, bahwa kekerasan itu boleh. Dan terakhir bahwa tindakan kekerasannya dia ini adalah untuk kepentingan agama. Pemahaman agama seperti itu sungguh sangat keliru sekali,” kata Alissa Wahid.***
Artikel Rekomendasi