Putri Gus Dur Angkat Bicara terkait Terorisme, Ini Kata Alissa Wahid

- 3 April 2021, 17:45 WIB
Alissa Wahid turut mengomentari kejadian bom bunuh diri di Makassar, dan ia juga menanggapi pernyataan Jokowi.
Alissa Wahid turut mengomentari kejadian bom bunuh diri di Makassar, dan ia juga menanggapi pernyataan Jokowi. /Instagram.com/@alissa_wahid

PR CIANJUR – Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian menyatakan bahwa kejadian teror yang dianggap rekayasa adalah misinformasi dan sesat pikir.

Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, akrab disapa Alissa Wahid menyatakan hal tersebut terkait pihak tidak bertanggung jawab yang menyatakan bahwa kejadian teror hanyalah rekayasa belaka.

Hal ini terkait pihak tertentu yang menyebarkan potongan video dari Almarhum Gus Dur, KH. Abdurrahman Wahid, mantan presiden keempat Republik Indonesia yang tak lain adalah ayahanda Alissa Wahid.

Baca Juga: Dampak PPnBM-DTP, Terjadi Peningkatan Penjualan Kendaraan Roda Empat di Indonesia

“Yang disampaikan oleh Gus Dur itu konteksnya sangat berbeda dengan kejadian hari ini. Karena pernyataan itu dibuat pada saat rezim lalu yaitu Orde Baru, dimana kekuatan angkatan bersenjata saat itu memang cukup besar dan banyak catatan ‘rekayasa’ pada saat itu,” ujar Alissa Wahid di Jakarta, Jumat 2 April 2021.

Dilansir Pikiranrakyat-Cianjur.com dari Antara, Alissa Wahid menyatakan video Gus Dur tersebut membahas konteks berbeda dengan kejadian terorisme yang terjadi akhir-akhir ini.

“Panjang lho itu videonya, kenapa yang diambil hanya yang sepotong itu saja. Jadi menurut saya itu misinformasi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu,” tutur Alissa Wahid.

Baca Juga: Ini Kata PP Muhammadiyah tentang Terorisme yang Seakan Sulit Diatasi di Indonesia

“Karena masih ada penyangkalan (denial), masih tidak mau mengakui bahwa memang ada kelompok-kelompok ini yang kita seharusnya juga menolak kehadirannya,” ujar Alissa Wahid menyambung.

Alissa Wahid sendiri mengutuk keras aksi terorisme yang akhir-akhir ini terjadi di bumi pertiwi.

“Tetapi kita tidak bisa mengingkari bahwa teroris di Makassar ini dia tidak beragama Islam. Karena si pelaku ini mengakui dirinya Islam. Tetapi tafsir yang dia lakukan pada ajaran Islam itulah yang salah,” ujar Alissa Wahid yang berhasil menggondol gelar Magister Psikologi (M. Psi) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Baca Juga: Insentif untuk Nakes di tengah Pandemi Covid-19, Kemenkes Keluarkan Kebijakan Terbaru, Berikut Infonya

Alissa Wahid menegaskan harus dibedakan secara tegas antara Islam sebagai agama, dan terorisme yang menggunakan tafsiran salah atas nama Islam.

Hal ini menurutnya, tidak asal saja seseorang berani menjadi ‘pengantin bom’, namun, ada proses pengenalan dan pelekatan nilai baru kepada diri si pelaku tersebut. Terutama dari paham radikalisme.

Salah satu contohnya adalah surat wasiat ZA, pelaku teror di Mabes Polri. Dalam suratnya itu, ZA meminta keluarganya untuk menjauhi musuh agama, dan hidup daam naungan ‘jalan Tuhan’.

“Bahwa di luar agama saya, keyakinan saya, dan golongan saya itu adalah musuh. Lalu nanti naik ke penerimaan terhadap tindakan kekerasan, bahwa kekerasan itu boleh. Dan terakhir bahwa tindakan kekerasannya dia ini adalah untuk kepentingan agama. Pemahaman agama seperti itu sungguh sangat keliru sekali,” kata Alissa Wahid.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini