Sepanjang 2021, harga CPO internasional naik 36,3 persen dibandingkan 2020 dan hingga Januari 2022, sudah mencapai Rp15.000/ kilogram.
Baca Juga: Niat Puasa Rajab Lupa? Jangan Panik Ini Bacaan Niatnya Dibaca Sebelum Dhuhur
Tingginya harga tersebut disebabkan, diantaranya, oleh kekurangan pasokan di tengah meningkatnya permintaan di banyak bagian dunia karena belum pulihnya ekonomi akibat gelombang kedua Covid-19.
Di Indonesia, Kementerian Perdagangan mengatakan, kelangkaan pasokan disebabkan oleh penurunan produktivitas perkebunan sawit milik BUMN, swasta, dan petani kecil.
Kondisi itu bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga Malaysia, yang sama-sama merupakan produsen utama minyak sawit dunia.
Baca Juga: Ini Jadwal Sholat Kota Bandung, Senin 7 Februari 2022 Disertai Keutamaan Berjamaah di Masjid
Indonesia dan Malaysia setidaknya menyumbankan 85 persen dari pasokan minyak sawit global.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sempat mengatakan bahwa akses kepada pupuk yang terjangkau dan distribusi pupuk bersubsidi menjadi kunci dalam pemenuhan permintaan minyak sawit dunia yang diprediksi akan meningkat sebesar 6,5 persen pada tahun 2022.
Permintaan minyak sawit yang diolah menjadi minyak goreng untuk konsumsi rumah tangga juga diperkirakan meningkat.
Baca Juga: Angka Covid-19 Meninggi, Kunjungan ke Komplek DPR RI Dibatasi dan Wajib Tunjukan Antigen
Penelitian CIPS mengusulkan agar pemerintah fokus kepada kebijakan terkait input pertanian, terutama pupuk bersubsidi, dengan memperbaiki mekanisme penebusan melalui Kartu Tani, dengan target penerapan secara nasional pada tahun 2024, untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit.
Menurut Nisrina, saat ini adopsi Kartu Tani oleh petani saat ini berjalan sangat lambat.
Pada 2020, baru 6,20 juta kartu yang sudah dibagikan padahal jumlah petani yang seharusnya menerima kartu ini di e-RDKK ada sebanyak 13,90 juta. Kartu yang sudah digunakan pun baru mencapai 1,20 juta.
Artikel Rekomendasi