Pelaku Seni Membuka Kelas Virtual Di Era Pandemi Demi Kelangsungan Hidup

- 15 Februari 2021, 12:20 WIB
Ilustrasi penari./ADE BAYU INDRA/PR
Ilustrasi penari./ADE BAYU INDRA/PR /ADE BAYU INDRA/PR/

PR CIANJUR – Selama masa pandemi Covid-19 ruang gerak para seniman tari yang biasa berekspresi di hadapan penonton menjadi sangat terbatas.

Seperti dilansir Pikiranrakyat.com-cianjur dari Antara, semua agenda kegiatan di Tanah Air maupun Mancanegara ditunda, bahkan sampai dibatalkan.

Hal ini bertujuan demi untuk memutus rantai penyebaran virus Corona.

Baca Juga: Pengacara Antonius Ali Diperiksa Terkait Kasus Aset Tanah Labuan Bajo

Meski di masa pandemi ini para pelaku seni merasa terkungkung, namun ide-ide kreatif mereka tetap mengalir upaya mencari asa demi kelangsungan hidup.

Penari kontemporer Boby Ari Setiawan mengaku sering mondar-mandi ke luar negeri demi urusan kesenian.

Cucu dari Maestro Sinden Nyi Supadmi ini juga mulai merasa ketagihan menimba ilmu tari lewat lokakarya di setiap penjuru dunia.

Baca Juga: Kronologi 2 Pria yang Lompat dari Mal Season City dan ITC Cempaka Mas

Selain itu, ia pun pernah diundang ke Jepang untuk mementaskan karyanya pada tahun 2004.

Boby mengaku ia sempat teringat pengalaman yang sulit ia lupakan, yaitu sewaktu ia menjadi siswa pertukaran di New York pada tahun 2007.

Boby yang biasanya belajar tarian tradisional, pada waktu itu ia ikut berpartisipasi dalam kelas balet Internasional.

Pada saat semua muridnya sudah siap dengan sepatu pointe dan kostum balet yang membentuk lekuk tubuh, justru Boby datang dengan memakai celana gombrong dan kaos kaki.

Baca Juga: Ahli Ungkap Alasan Pasien Covid-19 Bisa Mengalami Pembekuan Darah

Untungnya, semua murid di kelas tidak mengalami kesulitan apapun saat mengikuti intruksi dari Boby.

Boby yang lulusan Institute Kesenian Indonesia (ISI) Surakarta Jurusan Koreografi ini ingin melanjutkan petualangannya di berbagai negara.

Ia juga sempat berkolaborasi dengan beberapa seniman luar negeri, seperti Leine Roebana Dance Company dan Amsterdam.

Selain itu, ia pun sempat mewakili Koreografer Indonesia di American Dance Festival pada tahun 2015.

Baca Juga: Semua Kemungkinan Masih Terbuka Mengenai Asal-usul Virus Corona, WHO Terus Lakukan Penyelidikan

Sebelum virus corona merebak di tahun 2020, Boby mengerjakan sebuah projek bersama Century Contemporary Dance Company di Taiwan.

Sepulangnya dari Taiwan, rupanya wabah makin menggencarkan dunia. Beberapa rencana projeknya ditunda bahkan sampai dibatalkan.

Boby yang berasal dari kota Solo dan sering tampil di Ibu Kota ini memutuskan untuk menetap di kampung halaman selama hampir satu tahun.

Dibulan pertama pandemi, ia masih membaca situasi dan tidak menjalani aktivitas kesenian apapun.

Baca Juga: Jokowi Minta Rakyat Aktif Mengkritik Pemerintah, DPR: Kritik yang Objektif dan Jujur Jadi Masukan Vital

Namun lama-kelamaan ia pun merasa gerah, karena tidak adanya pergerakan untuk melahirkan sebuah karya.

Pada akhirnya, ia pun memutuskan untuk membuat kelas tari virtual, ia mengikuti temannya Siko Setyanto yang juga seorang penari dan koreografer.

Bagi Boby, membuka kelas tari dalam bentuk virtual tidaklah mudah, ia sedikit mengalami kesulitan saat mengoreksi gerakan-gerakan seperti di kelas konvensional.

Karena belajar tari lazimnya dilakukan dalam kelas di mana murid bisa bertatap-muka langsung untuk melihat lebih jelas gerakan-gerakan yang dipelajari.

Baca Juga: Direncakan akan Gaet Raffi Ahmad dan Agnes Monica Maju di Pilkada DKI Jakarta 2024, PKB Beberkan Alasannya

Namun dibalik itu semua masih ada sisi positifnya, rupanya kelas daring bisa menjangkau hingga ke punjuru dunia selama ada jaringan internet.

Kelas tarinya tersebut dapat diikuti oleh masyarakat umum, tanpa terkecuali kalangan yang bukan penari.

Beberapa macam yang Boby ajarkan di kelas tari virtual tersebut, seperti olah tubuh, tari tradisional, tari kontemporer, hingga tari sebagai terapi penyembuhan.

Dengan dibukanya kelas tari virtual bertujuan unuk menstabilkan pemasukan di tengah pandemi selama pertunjukan belum boleh diselenggarakan.

Program Pekan Kebudayaan Nasioanal yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini bisa menjadi ajang untuk melepas rasa dahaga dalam berkesenian.

Baca Juga: 6 Fakta Menarik Usai Manchester City Sukses Pecundangi Tottenham Hotspur 3-0

Ada 4.791 seniman dan pekerja seni yang terlibat dalam Perhelatan Kebudayaan Tradisi dari tersebut sepanjang akhir Oktober hingga November 2020.

Pada Akhir 2020, penari yang aktif sebagai pelati yoga itu pun pergi ke Jakarta untuk menjadi bagian dari pertunjukan musik dan visual yang melibatkan Dedy Lutan Dance Company (DLDC).

Hingga kini ia masih menetap untuk semenara di Jakarta, sambil membuka kesempatan kelas privat namun ia tetap menerapkan protokol kesehatan.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x