Putra MT Haryono Saksi Hidup G30S PKI: Ayah Ditembak dari Belakang

30 September 2020, 15:24 WIB
Salah satu diorama yang menggambarkan kekejaman G30S PKI. /Istimewa

PR CIANJUR - Tepat hari ini, Rabu 30 September 2020 kenangan atas kejamnya tragedi G30S PKI kembali muncul.

Tragedi Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) atau yang biasa disebut G30S PKI, menjadi sejarah yang tidak terlupakan.

Peristiwa G30S PKI mengakibatkan tujuh Perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) meninggal dunia akibat pemberontakan PKI.

Baca Juga: 7 Poin Baru RUU Cipta Kerja Disebut Untungkan Kaum Buru, Seperti Ini Isinya

Ketujuh Perwira TNI AD tersebut yakni Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani, Letnan Jenderal Anumerta Suprapto, Letnan Jenderal M.T. Haryono, Letnan Jenderal Siswodo Parman, Mayor Jenderal Donald Isaac Pandjaitan, Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Kapten Pierre Tendean.

Bagi keluarga korban keganasan PKI, peristiwa tersebut tentulah merupakan kejadian yang tidak terlupakan, salah satunya adalah Rianto Nurhadi, putra ketiga dari Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo (MT) Haryono.

Pada 1 Oktober 1965, pukul 04.30 WIB pagi, dimana peristiwa tersebut dialami oleh ayahnya dan disaksikan oleh dirinya.

Baca Juga: Telan Pil Pahit, Walt Disney PHK 28.000 Karyawannya Akibat Pandemi Covid-19

Sebagaimana diberitakan Pikiranrakyat-pangandaran.com dalam artikel, "Kenang Tewasnya sang Ayah dalam G30S PKI, Riri: Teriakan 'Jenderal Keluar', Ayah Suruh Ibu Jaga Kami", Rianto masih mengingat dengan jelas kejadian G30S PKI yang menimpa orang tuanya tersebut.

Riri sapaan akrabnya menjelaskan, pada saat itu ada teriakan prajurit Tjakrabirawa dari luar rumahnya di Jalan Prambanan Nomor 8, Menteng, Jakarta Pusat.

“Jenderal, keluar Jenderal, ada perintah dari Istana,” kata Riri dalam dialog kepada PRO-3 RRI, Rabu 30 September 2020.

Baca Juga: Tidak Punya Akhlak! Seorang Pria Setubuhi Jenazah Pasien Corona di Kamar Mayat

“Dan ibu kami memberitahukan dan membangunkan ayah, setelah itu ayah bilang besok saja,” ucap Riri mengenang kejadian itu.

Riri yang pada saat itu masih berusia sembilan tahun mengungkapkan, bahwa sang Ibu Mariatni langsung mengunci pintu kamar.

Lalu MT Haryono pun terbangun, dan memerintahkan sang istri, untuk pindah ke kamar pojok yang berada di depan, dan membawa anak-anaknya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Mengalami Lonjakan, Wali Kota Tasik Sebut Tenaga Medis Kewalahan dan Anggaran Menipis

“Pada saat itu Ayah bilang, mungkin ini sudah waktunya saya pergi. Lalu kemudian, ayah saya menyuruh ibu saya untuk melindungi anak-anak dengan pindah ke kamar lainnya, kamar yang paling pojok,” ucap Riri.

Tidak berselang lama, prajurit Tjakrabirawa itu pun merangsek masuk pintu depan sambil membrondong dengan tembakan, hingga membuat pintu hancur.

Dan dari situ beberapa prajurit Tjakrabirawa masuk ke dalam kamar utama. Namun, MT Haryono berusaha untuk menghalau dua prajurit Tjakrabirawa yang masuk ke dalam kamar utama.

Baca Juga: Putra DN Aidit: Film G30S PKI Pesanan Orde Baru, Hasil Imajinasi Sutradara, Bukan Berdasar Sejarah

“Jadi ayah saya menghadapi sendiri, dari situ lah pintu kamarnya ditembakin. Saat ayah saya rebut senjata itu dia ditembak dari belakang, nah di situlah kemudian ayah saya gugur,” ujarnya.***(Muhamad Faizal Kustendi/Pikiranrakyat-pangandaran.com)

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: Pikiran Rakyat Pangandaran

Tags

Terkini

Terpopuler