Mereka hanya bisa matuh dan tunduk pada kekuasaan kaum laki-laki. Perempuan sering dijadikan objek, bukan subjek untuk bersama-sama menjalani kehidupan.
Baca Juga: Sebut Indonesia Berpotensi Jadi Adikuasa Produk Kelautan, Adik Prabowo: Menteri Lama Sangat Keliru
Bahkan perempuan dijadikan sebagai pelampiasan nafsu seks belaka. Dalam roman Gadis Pantai, Pramoedya lagi-lagi menjadikan sosok perempuan sebagai objek pembahasannya.
Ia menggambarkan dengan ciri khas tulisannya bagaimana keadaan perempuan pribumi pada waktu itu yang harus menikah dengan tuan-tuan Eropanya hanya untuk memenuhi nafsu birahi tuan-tuan Eropa itu semata.
Sebutan “Nyai” yang melekat pada masa itu pada seorang perempuan mengindikasikan bahwa ia adalah istri simpanan dari orang-orang Eropa itu.***
Artikel Rekomendasi