Ia menyebut UU Cipta Kerja tidak hanya memikirkan perlindungan terhadap pekerja di masa kini tetapi juga calon angkatan kerja di masa depan.
"Pemerintah sangat peduli dengan setiap pekerja, dengan tenaga kerja ini. Bukan hanya yang sudah bekerja, (juga) puluhan juta orang yang belum bekerja," ujar Sofyan.
Pria yang pernah menduduki empat jabatan berbeda di kabinet itu kemudian menyinggung sektor informal dan underemployment.
Menurutnya, kedua hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk diselesaikan pemerintah Indonesia.
Sofyan pun menyesalkan para calon angkatan kerja yang ikut berunjuk menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Baca Juga: Isu Mosi Tidak Percaya untuk Lengserkan Jokowi, DPR: Jaka Sembung Naik Ojek, Enggak Nyambung Jek
"Yang sedihnya, anak-anak SMK, anak-anak (pelajar) itu yang demo terhadap UU ini. Padahal, undang-undang ini didesain supaya mereka bisa dapat lapangan kerja," tuturnya.
Ia pun menyebut pekerjaan adalah sebuah kehormatan bagi manusia karena menghindarkan dari kemiskinan dan kriminalitas.
Sofyan menyimpulkan langkah penyusunan Omnibus Law UU Cipta Kerja sebagai sesuatu yang sangat mulia, sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com pada artikel "Sesalkan Anak SMK Ikut Demo Omnibus Law UU Cipta Kerja, Sofyan Djalil: Padahal Ini Buat Mereka".
"Memberikan pekerjaan sama dengan memberikan makan orang miskin dan sistemik sekali. Oleh sebab itu, undang-undang ini sangat mulia," simpulnya.
Artikel Rekomendasi